jika Anda ingin menghapus artikel dari situs, hubungi kami dari atas.

    allah swt. menurunkan kitabullah kepada para nabi dan rasul-nya, sedangkan kitab al-qur’an diturunkan kepada nabi muhammad saw. sebutkan kandungan isi al-qur’an?

    Muhammad

    Guys, ada yang tau jawabannya?

    dapatkan allah swt. menurunkan kitabullah kepada para nabi dan rasul-nya, sedangkan kitab al-qur’an diturunkan kepada nabi muhammad saw. sebutkan kandungan isi al-qur’an? dari situs web ini.

    Pendidikan Agama Islam

    Beriman kepada Kitab Allah swt

    Penulis : Agus Salim Chaniago

    Pengertian dan Dalil Iman kepada Kitab Allah swt

    Gambar: Mushaf Al-Qur’an

    a. Asas Pokok Keimanan kepada Kitab Allah swt

    Tahukah kamu apa yang mendasari beriman kepada kitab Allah swt? Dasar yang melandasi iman kepada kitab Allah swt, yaitu adanya keimanan kita yang benar kepada Allah swt.

    Iman kepada Allah swt merupakan asas dan pokok akan adanya keimanan kepada kitab-Nya, yakni keyakinan yang pasti bahwa Allah swt adalah Rabb dan pemilik segala sesuatu, Dialah satu-satunya pencipta, pengatur segala sesuatu, dan Dialah satu-satunya yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Semua sesembahan selain Dia adalah sesembahan yang batil, dan beribadah kepada selain-Nya adalah kebatilan.

    Allah swt berfirman;

    Adanya alam semesta ini merupakan bukti bahwa Allah swt adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhan yang menciptakan alam semesta dan yang mengaturnya. Tidak ada Tuhan selain Allah swt yang wajib disembah.

    Umat Islam meyakini adanya Allah swt dan mengetahui sifat-sifat Nya, agar menjadi mukmin sejati. Dengan modal iman inilah kita akan menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.

    Perhatikan firman Allah swt berikut;

    Kitab-kitab yang dimaksudkan pada ayat di atas adalah kitab yang berisi peraturan, ketentuan, perintah, dan larangan yang dijadikan pedoman bagi umat manusia. Kitab-kitab Allah swt, tersebut diturunkan pada masa yang zamannya berbeda-beda. Semua kitab tersebut berisi ajaran pokok yang sama, yaitu ajaran meng-esa-kan Allah swt (tauhid). Yang berbeda hanyalah dalam hal syariat yang disesuaikan dengan zaman dan keadaan umat pada waktu itu.

    Marilah kita renungkan, apa jadinya jika kita menaiki kendaraan di jalan tidak memiliki tujuan yang jelas. Kita hanya naik dan tidak tahu akan ke mana. Tentu kita hanya akan menghambur-hamburkan bahan bakar atau tenaga dan mengganggu perjalanan pengguna jalan yang lain. Bahkan lama-kelamaan kita bisa tersesat. Demikian juga halnya dengan kehidupan manusia di dunia ini. Jika hidup ini tidak memiliki arah yang jelas dan benar, hanya akan menghabiskan usia tanpa bermanfaat dan kemudian tersesat.

    Gambar: Memilih jalan hidup yang lurus akan membawa kebahagian

    Jadi, hidup ini harus memiliki arah atau tujuan yang jelas dan benar. Lalu siapa yang mengetahui arah dan tujuan hidup yang benar itu? Tentu yang mengetahui secara pasti adalah Allah swt, Tuhan yang menciptakan manusia. Maha Suci Allah swt yang tidak menghendaki manusia hidup dalam kesesatan. Oleh karena itu, Allah swt memberikan arah yang jelas dengan cahaya petunjuk-Nya. Allah swt memberikan petunjuk mengenai tata cara bagaimana menjalani hidup di dunia serta tata cara bagaimana mendekatkan diri kepada-Nya. Sehingga kita di dunia menjadi orang yang bahagia dan selamat, serta kelak di akhirat kita mendapatkan kebahagian hakiki dan mendapatka ridlo-Nya dalam keadaan menjadi hamba yang dikasihi-Nya. Karena itu, kitab suci yang Allah swt turunkan kepada rasul-Nya adalah sebagai rahmat untuk para makhluk-Nya, dan petunjuk bagi mereka, supaya mereka mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

    Allah swt menghendaki sesama manusia untuk hidup saling membantu, saling membahagiakan, serta menanam berbagai amal kebaikan selama hidup di dunia. Sebaliknya, Allah swt. tidak menghendaki manusia saling menyengsarakan dan menyakiti satu sama lain. Manusia yang dapat menjalani hidupnya dengan benar dan terarah akan merasakan kebahagiaan dalam kehidupannya. Sebaliknya, mereka yang menjalani hidup tanpa menggunakan aturan dan seenaknya sendiri tentu akan lebih sering mengalami masalah, kesulitan, dan kegelisahan. Orang yang tidak pernah mengindahkan aturan juga dapat membuat orang lain di sekelilingnya merasa terganggu bahkan gelisah.

    Jadi, petunjuk Allah swt yang termaktub di dalam kitab-kitab yang diturunkan-Nya merupakan panduan untuk kebahagiaan manusia di dunia maupun akhirat. Oleh karena itu, kitab itu benar-benar berisi cara untuk membimbing kita untuk meraih kebahagiaan. Sungguh rugi manusia yang tidak mengimani kitab-kitab Allah swt, tidak pernah membaca, memahami, memegang teguh serta melaksanakan isi kitab suci itu.

    Pengertian iman kepada kitab Allah swt

    Menurut bahasa, iman adalah percaya atau membenarkan. Menurut istilah, iman adalah kepercayaan yang diyakini kebenarannya dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan. Jadi, iman kepada kitab-kitab Allah swt artinya percaya dan meyakini bahwa Allah swt mempunyai kitab yang telah diturunkan kepada para rasul-Nya agar menjadi pedoman hidup bagi umatnya. Hukum beriman kepada kitab-kitab Allah swt adalah fardhu’ain (wajib bagi setiap orang yang beragama Islam). Muslim (Orang Islam) yang tidak mempercayai adanya kitab-kitab Allah swt maka dinamakan murtad (keluar dari ajaran Islam).

    sumber : sumber.belajar.kemdikbud.go.id

    Allah Swt. menurunkan Kitabullah kepada para Nabi dan Rasul

    Allah Swt. menurunkan Kitabullah kepada para Nabi dan Rasul-Nya, sedangkan - 28108125

    !function(a,b,c,d,e){a.ddCaptchaOptions=e||null;var m=b.createElement(c),n=b.getElementsByTagName(c)[0];m.async=0,m.src=d,n.parentNode.insertBefore(m,n)}(window,document,"script","https://js.captcha-display.com/xhr_tag.js", {ajaxListenerPath: ["brainly.co.id/api", "brainly.co.id/graphql", "api-textbook-solutions.brainly.com", "question-matching-textbook-solutions.brainly.com"], withCredentials: true, sessionByHeader: true, overrideAbortFetch: true, allowHtmlContentTypeOnCaptcha: true });

    Allah Swt. menurunkan Kitabullah kepada para Nabi dan Rasul-Nya, sedangkan Kitab Al-Qur’an - Brainly.co.id

    sumber : brainly.co.id

    Al

    Al-Qur'an

    Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

    Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. Mohon bantu kami mengembangkan artikel ini dengan cara menambahkan rujukan ke sumber tepercaya. Pernyataan tak bersumber bisa saja dipertentangkan dan dihapus.

    "Al-Qur'an" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR

    al-Qur'an القرآن al-Qurʾān

    Informasi Agama Islam Bahasa Arab Klasik Periode 610–632 M

    Bab atau Surah 114 surah

    Bagian dari seri Islam tampil Rukun Iman tampil Rukun Islam sembunyi Sumber hukum Islam (, ) TafsirAkidah FikihSyariat tampil Sejarah tampil

    Budaya dan masyarakat

    tampil Topik lainnya Portal Islam lbs Al-Qur'an

    kitab suci agama Islam berbahasa Arab yang disusun pada periode 609–632.

    tampil Sejarah tampil Teks tampil Isi tampil Membaca Al-Qur'an tampil Tafsir tampil Naskah tampil Hubungan

    Portal IslamPortal Al-Qur'anKategori

    lbs

    Kiri: Al-Qur’an abad ke-11 Afrika Utara di British Museum. Kanan: Al-Qur’an − di Mashhad, Iran – ditulis oleh Ali bin Abi Thalib.

    Al-Qur'an atau Qur'an (bahasa Arab: القرآن, translit. ), adalah sebuah kitab suci utama dalam agama Islam, yang dipercayai Muslim bahwa kitab ini diturunkan oleh Allah yang hanya tulisan, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.[1] Kitab ini terbagi ke dalam beberapa surah (114 surah) dan setiap surahnya terbagi ke dalam beberapa ayat[2].

    Umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an difirmankan langsung oleh Allah kepada Muhammad melalui Malaikat Jibril,[3][4] berangsur-angsur selama 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari atau rata-rata selama 23 tahun, dimulai sejak tanggal 17 Ramadan,[5][6] [1][7][8][9] Umat Muslim menghormati Al-Qur'an sebagai sebuah mukjizat terbesar Muhammad, sebagai salah satu tanda dari kenabian,[10] dan merupakan puncak dari seluruh pesan suci (wahyu) yang diturunkan oleh Allah sejak Adam dan diakhiri dengan Muhammad.[a] Kata "Quran" disebutkan sebanyak 70 kali di dalam Al-Qur'an itu sendiri.[11]

    Menurut ahli sejarah[] beberapa sahabat Nabi memiliki tanggung jawab menuliskan kembali wahyu Tuhan berdasarkan apa yang telah sahabat lain hafalkan.[12] Setelah kematian Muhammad, para sahabat segera menyusun dan menuliskan kembali hafalan wahyu mereka. Penyusunan kembali al-Qur'an ini diprakarsai oleh Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq atas usulan dari Umar bin Khattab dengan persetujuan para sahabat senior.[]

    Al-Qur’an menjelaskan sendiri bahwa isi dari Al-Qur’an adalah sebuah petunjuk. Terkadang juga dapat berisi cerita mengenai kisah bersejarah, dan menekankan pentingnya moral.[13][14] Al-Qur’an digunakan bersama dengan untuk menentukan hukum Syari'ah dan yurispridensi Islam ().[15] Saat melaksanakan Salat, al-Qur’an dibaca hanya dalam bahasa Arab.[16] Beberapa pakar Barat[] mengapresiasi Al-Qur’an sebagai sebuah karya sastra bahasa Arab terbaik di dunia.[17][18]

    Etimologi[sunting | sunting sumber]

    Wahyu pertama Muhammad, Surah Al-Alaq, kemudian ditempatkan ke-96 dalam urutan Al-Qur'an (dalam gaya penulisan saat ini).

    Terdapat dua pendapat berbeda mengenai asal usul nama Al-Qur'an, apakah kata القرآن adalah atau .[19] Asy-Syafi'i, di antara yang berpendapat pertama, mengatakan

    Aku membaca (Al-Qur'an–ed.) di hadapan Ismail bin Qistintin, dan dia dulu biasa mengatakan, "'Al-Qur'an' itu adalah isim, bukan dan tidak diambil dari kata قرأت ("kamu membaca"). Seandainya diambil dari kata , semua yang dibaca pasti menjadi qur'an. Itu adalah nama untuk Al-Qur'an semisal Taurat dan Injil. Kata berhamzah, sedangkan kata Al-Qur'an tidak berhamzah. Pada ayat Al-Qur'an  وَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْءَانَ ,[Al-Isra':45] kata berhamzah, sedangkan kata Al-Qur'an tidak berhamzah.[20]

    Yang perlu menjadi catatan di sini adalah bahwa Riwayat yang dibaca Asy-Syafi'i adalah riwayat Ibnu Katsir yang membacanya Al-Quran, tanpa hamzah.[21] Pendapat ini dibantah dengan argumen bahwa pembacaan kata "Al-Qur'an" tanpa hamzah (menjadi ), seperti dalam Qiraat Ibnu Katsir, termasuk dalam hukum (peringanan cara membaca) dan (pemindahan harakat hamzah ke huruf bersukun sebelumnya).[22]

    Yang berpendapat dengan pendapat kedua, ada yang menganggapnya musytaqq dari huruf ق-ر-ن . Abu al-Hasan al-Asy'ari mengatakan, "Kata itu musytaqq dari kata , yang artinya aku menggabungkannya ke yang satunya. ... Dari kata ini juga, haji yang digabung dengan umrah dalam satu ihram disebut qiran."[23] Adapun Abu Zakariya al-Farra' mengatakan, "Kata itu musytaqq dari kata القرائن , bentuk jamak dari قرينة ("indikator")."[23] Al-Qurtubi sependapat dengan al-Farra' dengan alasan bahwa ayat-ayat Al-Qur'an itu saling membenarkan satu sama lain dan saling mirip.[21]

    sumber : id.wikipedia.org

    Apakah Anda ingin melihat jawaban atau lebih?
    Muhammad 18 day ago
    4

    Guys, ada yang tau jawabannya?

    Klik untuk menjawab