bagaimana pandangan saudara mengenai perkembangan bisnis indonesia di era digitalisasi saat ini? selamat berdiskusi
Muhammad
Guys, ada yang tau jawabannya?
dapatkan bagaimana pandangan saudara mengenai perkembangan bisnis indonesia di era digitalisasi saat ini? selamat berdiskusi dari situs web ini.
Pandemi Covid
Dalam kurun waktu satu atau dua dekade, ekonomi digital akan berkembang lebih luas, semua sektor ekonomi di seluruh wilayah akan terdigitalisasi.
Pandemi Covid-19 dan Dampaknya Terhadap Ekonomi Digital
Detail
Ditulis oleh Kirana Kategori: Berita Ditayangkan: 15 Maret 2022 Dilihat: 30877
Selama masa pandemi Covid-19 berlangsung, dunia virtual menjadi jauh lebih sibuk dan ramai dari sebelumnya. Hal ini terjadi karena semakin banyak masyarakat beralih menggunakan gadget dan komputer sebagai alat penyambung hidup demi menggantikan berbagai aktivitas secara langsung. Perubahan pada masyarakat tersebut memberikan dampak pada perkembangan perekonomian dengan mempercepat transformasinya secara digital. Terkait topik bahasan tersebut, Prof. Sri Adiningsih, M.Sc., Ph.D., selaku Guru Besar Departmen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, menyampaikan kuliah yang berjudul "Covid-19 Impact on Digital Economy: Indonesian Case" pada Selasa (27/07) sebagai bagian dari program musim panas virtual International Week 2021 (IWEEK 2021).
Pada kesempatan kali ini, secara garis besar Prof. Sri Adiningsih mendiskusikan seputar dampak pandemi Covid-19 terhadap ekonomi digital. Berdasarkan data dari tahun ke tahun, pandemi Covid-19 meningkatkan jumlah pengangguran dan tingkat kemiskinan. Namun demikian, dapat kita syukuri bahwa saat pandemi melanda Indonesia transformasi digital malah berkembang dan mendisrupsi sektor bisnis serta ekonomi. Perkembangan ekonomi digital yang telah hadir di sekitar kita contohnya seperti berbagai jenis e-commerce dan juga layanan financial technology (fintech) yang semakin marak di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa ekonomi digital tengah berkembang dan pandemi mempercepat perkembangan digitalisasi ekonomi tersebut.
Selanjutnya, Prof. Sri Adiningsih menjelaskan beberapa poin bagaimana krisis pandemi Covid-19 dapat mengakselerasi transformasi digital. Yang pertama, dorongan untuk mengurangi interaksi langsung selama pandemi Covid-19 telah mengutamakan digitalisasi dan otomatisasi. Yang kedua, sejak awal sekali pandemi berlangsung, digitalisasi dan otomatisasi telah diupayakan untuk dipercepat sebagian karena adopsi tersebut membantu mengurangi kebutuhan akan kontak fisik. Selain itu, Prof. Sri Adiningsih juga menyebutkan bahwa dalam krisis yang melanda skala global sekalipun, pandemi telah menyebabkan percepatan transformasi digital lebih lanjut secara global.
Pada pembahasan selanjutnya, Prof. Sri Adiningsih juga menambahkan hal lain yang juga menjadi catatan, yaitu terdapatnya peningkatan perusahaan mikro dan perusahaan di sektor manufaktur yang telah mengadopsi penggunaan platform digital sebanyak 59% sejak Oktober 2020. Menurutnya, Covid-19 telah mendorong perubahan perilaku konsumen dan bisnis, banyak diantaranya akan bertahan hingga tingkat yang berbeda-beda dalam jangka panjang. Terdapat 4 sektor yang diestimasikan akan banyak diminati pada era pasca-Covid, yaitu sektor Pendidikan yang aksesnya semakin meluas berkat inovasi pembelajaran online, sektor Kesehatan yang terus berkembang bersama perkembangan teknologi, sektor fintech di mana digital lending dan investasi online semakin populer, dan sektor e-commerce di mana jumlah pembeli online sangat melejit di era pandemi ini.
Di akhir pembahasan materi, beliau menyimpulkan bahwa transformasi ekonomi digital telah berkembang pesat dalam satu dekade terakhir dan pandemi telah mempercepat proses tersebut. Gaya hidup daring akan tetap ada, beberapa akan dijalankan secara hybrid (online dan offline) setelah era pandemi. Dalam kurun waktu satu atau dua dekade, ekonomi digital akan berkembang lebih luas, semua sektor ekonomi di seluruh wilayah akan terdigitalisasi. Bisnis yang ada harus mengantisipasi dan menyesuaikan jika ingin bertahan serta bertumbuh.
Reportase: Kirana Lalita Pristy.
Share this
Membangun Bisnis di Era Digital
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar webinar dan pelatihan kewirausahaan
Membangun Bisnis di Era Digital
BERITA PT Kamis,24 Maret 2022
Universitas Ahmad Dahlan | 5727 kali
AddThis Sharing Buttons
Share to Facebook Share to Twitter Share to WhatsApp Share to Email Share to Cetak
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi di era modern ini, segala sektor di aspek kehidupan kita terkena dampaknya. Tanpa terkecuali dunia bisnis, sebagai salah satu bidang yang krusial dan memiliki peranan penting dalam masyarakat, bisnis juga ikut bertransformasi mengikuti pola digitalisasi. Alasan lain yang juga mendorong para pebisnis untuk mengambil langkah digital yaitu dampak dari pandemi Covid-19 yang mau tak mau telah membuat kita dibatasi oleh sekat dalam beraktivitas. Kecanggihan teknologi menjadi jalan solutif yang membantu produsen dan konsumen untuk saling berinteraksi.
Mengatasi tantangan tersebut, pada Minggu, 20 Maret 2022, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar webinar dan pelatihan kewirausahaan dengan tema “Membangun Bisnis di Era Digital”. Acara diselenggarakan secara daring melalui Zoom Meeting dan menghadirkan beberapa pembicara seperti Hendro Setyono, S.E., M.Sc. selaku Head of Entrepreneurship and Business Incubation dari Kantor Urusan Bisnis Internasional UAD, Willy Wijaya, S.Kom. seorang digital marketer, dan Retno Intansari Rahmawati founder Dawet Kemayu.
Bisnis adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh individu atau organisasi dalam menghasilkan produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan motif mencari laba. Secara umum, aktivitas bisnis dapat dibedakan menjadi empat, yaitu ekstraktif atau yang bersifat mengambil dari alam seperti pertambangan; agraris atau budidaya seperti pertanian dan peternakan; industri atau manufaktur yang berupa pengolahan bahan baku menjadi bahan lebih lanjut; dan terakhir service yaitu berupa jasa atau pelayanan seperti perdagangan, transportasi, dan perbankan.
Menurut Hendro, untuk memulai sebuah bisnis, diperlukan pengetahuan dasar tentang tiga poin berikut ini, pertama, product knowledge, atau memahami produk yang akan digeluti, perdalam informasi tentang entitas produk. Kedua, market knowledge, pemahaman tentang pasar, siapa, dan berapa jumlah konsumen. Strategi Segmentation, Targeting, Positioning (STP) biasanya digunakan dalam market knowledge. Terakhir, management business process knowledge, pengetahuan tentang proses mengatur bisnis agar berjalan lancar seperti Sumber Daya Manusia (SDM), operasi atau produksi, pemasaran, dan keuangan.
Willy kemudian melanjutkan pembahasan tentang digital marketing. Menurut data yang dipaparkannya, sebanyak 74% perusahaan mendigitalkan bisnisnya agar bisa bertahan saat pandemi Covid-19 melanda. Selain itu, pada Oktober 2020 sebanyak 2,7 juta Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) beralih ke digital. Beberapa hal yang mendorong mereka untuk mengikuti digitalisasi antara lain adalah kemudahan untuk menjangkau banyak target pasar, hemat biaya, dan mendapatkan pendapatan yang lebih baik.
Digital marketing bukanlah sebuah stick magic yang bisa mengubah keadaan secara instan, melainkan sebuah tool yang perlu digunakan secara optimal untuk mendapat hasil yang maksimal. Orang yang berada di balik marketing adalah kunci yang memainkan peran penting. Dalam hal ini, kita harus siap membakar uang dan menghadapi berbagai risiko yang mengintai.
Untuk membangun digital marketing yang maksimal, frameworks yang digunakan adalah funnel marketing yang terdiri atas lima tahapan yaitu awareness, consideration, conversion, loyalty, advocacy. Awareness merupakan tahap awal konsumen mengenal produk, kemudian diikuti dengan consideration yaitu proses untuk memutuskan apakah akan membeli produk, biasanya melalui berbagai pertimbangan dan perbandingan dengan produk lain. Ketiga adalah conversion, saat proses jual-beli akhirnya terjadi dan konsumen melakukan transaksi. Dua tahap terakhir yaitu loyalty dan advocacy terjadi setelah penjualan (after sales). Kedua hal ini bergantung pada pengalaman personal konsumen dalam menggunakan produk tersebut.
Dalam berbisnis, terdapat dua adagium yang patut ditanamkan dalam mindset, yaitu high risk, high return dan easy come, easy go. Berani mengambil risiko besar untuk mendapatkan hasil yang besar, dan sesuatu yang mudah diraih maka akan mudah hilang juga. (tsa)
BAGIKAN
AddThis Sharing Buttons
Share to Facebook Share to Twitter Share to WhatsApp Share to Email Share to Cetak
REKOMENDASI UNTUK ANDA
Seri Artikel Pajak Pem...
lldikti5.kemdikbud.go.id
Ketentuan Tunjangan Is...
lldikti5.kemdikbud.go.id
Memaknai Peristiwa Hi...
lldikti5.kemdikbud.go.id
sumber : lldikti5.kemdikbud.go.id
Terus Berinovasi di Era Digitalisasi dalam Masa Pandemi
Terus Berinovasi di Era Digitalisasi dalam Masa Pandemi “Innovation is not an option”. Ungkapan tersebut patut disematkan bagi para startup yang masih berada di tahap awal hingga perusahaan yang telah menjadi organisasi besar.
18 Juni 2020
Terus Berinovasi di Era Digitalisasi dalam Masa Pandemi
Terus Berinovasi di Era Digitalisasi dalam Masa Pandemi
Terus Berinovasi di Era Digitalisasi dalam Masa Pandemi
“Innovation is not an option”. Ungkapan tersebut patut disematkan bagi para startup yang masih berada di tahap awal hingga perusahaan yang telah menjadi organisasi besar. Mereka perlu melahirkan inovasi secara konsisten untuk menjaga bisnisnya tetap berkelanjutan dan senantiasa relevan dengan perkembangan zaman.
Apa iya inovasi sepenting itu? Jika tidak percaya, banyak perusahaan-perusahaan yang dulu berjaya sekarang tiada daya, misalnya Yahoo! yang pernah berjaya di awal 2000an. Perjuangan mereka melewati dotcom bubble seakan tak berarti setelah Yahoo! kalah bersaing dalam menciptakan inovasi di dalam produknya, baik itu mesin pencari maupun email.
Lantas, bagaimana sebuah startup maupun korporasi dapat menciptakan sebuah inovasi? Seminar daring kedua dari “The NextDev Hub X Huawei Webinar Series” yang diselenggarakan secara virtual pada Selasa, 16 Juni 2020, punya jawabannya. Webinar yang mengambil tema “ICT Market Trend and Business Innovation” tersebut menjelaskan bagaimana tren saat ini dapat membantu pelaku industri melahirkan inovasi sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Maka dari itu, untuk menciptakan inovasi yang berarti, pelaku industri harus memahami apa yang sedang terjadi dan dibutuhkan di tengah masyarakat. Jika melihat tren saat ini, selama 10 tahun terakhir, semakin banyak masyarakat yang menikmati transformasi digital di dalam kehidupannya.
Menurut Senior Consultant Huawei Simon Tsang yang menjadi pembicara dalam seminar daring kedua dari “The NextDev Hub X Huawei Webinar Series” ini, ada empat hal yang mendorong transformasi digital, khususnya bagi pelaku bisnis. Keempatnya meliputi penurunan pendapatan, perubahan ekspektasi dari pelanggan, kompetisi dengan pesaing, serta perubahan pasar akibat dari pengaruh kemajuan teknologi.
Baca Juga: Mencari Talenta Digital IndonesiaTransformasi digital pun berperan besar terhadap pengembangan sosial di tengah masyarakat dalam menghadapi era intelligentization sebagai bagian dari Revolusi Industri 4.0 bagi peradaban manusia. Di fase ini, cara-cara baru lahir mengiringi kemajuan berbagai sektor. Transportasi, misalnya, yang semakin dimudahkan melalui pemesanan via aplikasi. Selain itu, pembayaran non-tunai pun mampu mengubah kebiasaan lama dalam melakukan transaksi.
Pandemi yang Mengakselerasi DigitalisasiPandemi COVID-19 telah membuat tatanan kehidupan harus mengadopsi kenormalan baru untuk melindungi masyarakat dari penyebaran virus corona yang semakin luas. Hal ini membuatnya dianggap mampu mengakselerasi digitalisasi secara luas, mulai dari birokrasi di dalam sistem pemerintahan hingga ekonomi, sekaligus membuat konsumsi yang dipenuhi secara online menjadi konsumsi yang mainstream.
Hal tersebut juga berdampak terhadap transformasi digital di berbagai lini, baik itu secara personal, lingkup rumah tangga, hingga skala organisasi. Dilihat dari sudut pandang individu, pandemi mendorong kebiasaan untuk terhubung secara virtual, hingga berbelanja dan bekerja secara online, sejalan dengan semakin populernya e-commerce dan aplikasi produktivitas.
Pada level rumah tangga, perubahan perilaku akan tampak pada peningkatan aktivitas belajar online hingga penggunaan smart home device. Sedangkan di tingkat organisasi, pertumbuhan digitalisasi akan terasa pada lingkup kolaborasi yang lebih luas dan kompleks hingga pertumbuhan pasar SaaS (Software as a Service) secara enterprise.
Apa yang bisa diambil bagi para startup dan perusahaan dari fenomena ini? Mereka harus bersiap untuk memanfaatkan peluang dengan ikut mendorong transformasi digital melalui inovasi yang diimbangi dengan digitalisasi operasionalnya. Baik startup maupun perusahaan bisa mengambil inspirasi dari pemanfaatan transformasi digital yang sudah ada terlebih dahulu, seperti otomasi pada proses produksi di dalam pabrik pembuatan mobil, hingga penggunaan robot dan drone sebagai pengantar barang.
Innovation JourneyEko Seno Prianto, General Manager of Business Incubation Telkomsel dalam seminar daring kedua dari “The NextDev Hub X Huawei Webinar Series” ini mengatakan bahwa terciptanya inovasi memiliki pola yang umum. Hal tersebut perlu dipahami, khususnya bagi penggiat startup, untuk menciptakan inovasi yang mampu berkembang seiring dengan pertumbuhan startup itu sendiri. Seno menyebut pola umum tersebut meliputi empat tahap di dalamnya.
Pertama adalah fase discovery & ideation. Di sini, startup akan merumuskan masalah yang telah ditemukan dan menggalinya lebih dalam sampai akhirnya menemukan tipikal solusi untuk memecahkannya. Kemudian, tahap kedua meliputi prototyping & test. Sesuai namanya, pada fase ini startup sudah menghasilkan prototipe dari produk yang menjadi solusi mereka, yang diikuti dengan serangkaian uji coba sebelum dianggap layak untuk dipasarkan.
Lalu, startup akan masuk ke dalam fase piloting & commercial, yang ditandai dengan pemanfaatan produk untuk mendapatkan basis pengguna hingga pendapatan. Tahap final dari innovation journey ini adalah scale up & expand. Di sini, startup akan meningkatkan kapasitas produk yang telah diciptakan sebagai bagian dari strategi ekspansi ke daerah yang lebih luas.
Guys, ada yang tau jawabannya?