jika Anda ingin menghapus artikel dari situs, hubungi kami dari atas.

    bani bakar yang bersekutu dengan quraisy melakukan serangan terhadap suku khuzaah dan bani bakar memperoleh kemenangan. merasa dirugikan bani khuzaah memohon kepada nabi untuk meminta ganti rugi. kemudian nabi muhammad saw mengirim pesan kepada kaum musyrik makkah untuk memilih salah satu dari tiga pilihan….

    Muhammad

    Guys, ada yang tau jawabannya?

    dapatkan bani bakar yang bersekutu dengan quraisy melakukan serangan terhadap suku khuzaah dan bani bakar memperoleh kemenangan. merasa dirugikan bani khuzaah memohon kepada nabi untuk meminta ganti rugi. kemudian nabi muhammad saw mengirim pesan kepada kaum musyrik makkah untuk memilih salah satu dari tiga pilihan…. dari situs web ini.

    Sejarah Hidup Muhammad SAW: Pengkhianatan Quraiys pada Hudaibiyah

    REPUBLIKA.CO.ID, Malam itu pihak Khuza'ah sedang berada di tempat pangkalan air milik mereka sendiri yang bernama Al-Watir, oleh pihak Bani Bakar mereka diserang dengan tiba-tiba dan beberapa orang dari pihak Khuza'ah dibunuh. Pihak Khuza'ah lari ke Makkah, berlindung kepada keluarga Budail bin Waraqah, dengan mengadukan perbuatan Quraisy dan Bani Bakar yang telah melanggar perjanjian dengan Rasulullah itu. Untuk itu Amr bin Salim dari Khuza'ah cepat-cepat pula pergi ke Madinah. Dan ketika menghadap Rasulullah yang saat itu sedang berada di masjid dengan beberapa orang, diceritakannya apa yang telah terjadi itu dan ia meminta pertolongan beliau. 'Amr bin Salim, engkau mesti dibela,' kata Rasulullah. Setelah itu, Budail bin Waraqah dan beberapa orang dari pihak Khuza'ah kemudian berangkat pula ke Madinah. Mereka melaporkan kepada Nabi tentang nasib yang mereka alami serta adanya dukungan Quraisy kepada Bani  Bakar. Melihat apa yang telah dilakukan Quraisy dengan merusak perjanjian itu, maka tak ada jalan lain menurut Nabi, Makkah harus dibebaskan. Untuk itu, beliau bermaksud mengutus orang kepada kaum Muslimin di seluruh jazirah supaya bersiap-siap menantikan panggilan yang belum mereka ketahui apa tujuannya.Sebaliknya orang-orang yang dapat berpikir lebih bijaksana di kalangan Quraisy, mereka sudah dapat menduga bahaya apa yang akan timbul akibat tindakan Ikrimah dan kawan-kawannya dari kalangan pemuda itu.  Kini Perjanjian Hudaibiyah sudah dilanggar, dan pengaruh Rasulullah di seluruh jazirah kini bertambah kuat. Sekiranya apa yang telah terjadi itu dipikirkan, bahwa  pihak Khuza'ah akan menuntut balas terhadap penduduk Makkah, pasti Kota Suci itu akan terancam bahaya. Jadi apa yang harus mereka lakukan sekarang? Mereka mengutus Abu Sufyan ke Madinah, dengan maksud supaya persetujuan itu diperkuat kembali dan diperpanjang waktunya. Barangkali waktu yang sudah lewat itu berlaku untuk dua tahun, sekarang mereka mau supaya menjadi sepuluh tahun.Abu Sufyan, sebagai pemimpin mereka dan sebagai orang yang bijaksana di kalangan mereka kini berangkat menuju Madinah. Ketika sampai di Usfan dalam perjalanannya itu, ia bertemu dengan Budail bin Waraqah dan rombongannya. Ia khawatir Budail sudah menemui Rasulullah dan melaporkan apa yang telah terjadi.Hal ini akan lebih mempersulit tugasnya. Tetapi Budail membantah bahwa dirinya telah menemui Rasulullah. Sungguhpun demikian, dari  kotoran binatang tunggangan Budail itu, ia mengetahui bahwa orang itu memang dari Madinah. Oleh karena itulah, Abu Sufyan tidak akan langsung menemui Rasulullah lebih dulu, melainkan menuju rumah putrinya—Ummu Habibah, istri Nabi.Ketika Abu Sufyan akan duduk di alas yang biasa diduduki Nabi, Ummu Habibah langsung melipatnya. Ayahnya bertanya, 'Kenapa kau lakukan itu, putriku? Apakah kau lebih sayang tikar itu ataukah ayahmu?'Ummu Habibah menjawab, 'Ini alas Rasulullah SAW. Ayah adalah orang musyrikyang kotor. Aku tidak ingin ayah duduk di tempat itu.' 'Sungguh engkau akan mendapat celaka, anakku,' kata Abu Sufyan, lalu keluar sambil menahan amarah.Setelah itu, ia pergi menemui Rasulullah, berbicara mengenai perjanjian serta perpanjangan waktunya. Namun Nabi SAW tidak memberikan jawaban sama sekali. Selanjutnya, ia pergi menemui Abu Bakar supaya membicarakan maksudnya itu dengan Nabi. Tetapi Abu Bakar juga menolak.  Kini ia menemui Umar bin Khathab, tapi Al-Faruq malah memberikan jawaban yang cukup keras, 'Aku menjadi perantaramu kepada Rasulullah? Sungguh, kalau yang ada padaku hanya remah, pasti dengan itu pun akan kulawan engkau.'  Seterusnya ia menemui Ali bin Abi Talib dan Fatimah ada di tempat itu. Dikemukakannya maksud kedatangannya dan dimintanya supaya Ali menjadi perantaranya kepada Rasulullah. Tetapi Ali mengatakan dengan lemah-lembut bahwa tak ada orang yang akan dapat menyuruh Rasulullah menarik kembali sesuatu yang sudah menjadi keputusannya. Tak putus asa, Abu Sufyan—utusan Quraisy itu—meminta pertolongan Fatimah supaya Hasan—putranya—berusaha memintakan perlindungan di kalangan khalayak ramai.'Tak ada orang akan berbuat demikian dengan maksud akan dihadapkan kepada Rasulullah,' jawab Fatimah. Keadaan makin gawat buat Abu Sufyan. Ia meminta pendapat Ali. 'Sungguh aku tidak tahu, apa yang kiranya akan berguna buatmu,' kata Ali. 'Tetapi engkau pemimpin Bani Kinanah. Cobalah minta perlindungan kepada orang ramai, sesudah itu, pulanglah ke negerimu! Aku kira ini tidak cukup memuaskan. Tapi hanya itu yang dapat kuusulkan padamu.' Abu Sufyan kemudian pergi ke masjid dan di sana ia mengumumkan bahwa ia sudah meminta perlindungan khalayak ramai. Kemudian ia menaiki untanya dan pulang ke Makkah dengan membawa perasaan kecewa, karena kehinaan yang ia dapatkan dari anaknya sendiri dan orang-orang—kaum Muhajirin—yang pernah mengharap belas-kasihannya.

    Advertisement

    Indonesia Dunia Hikmah Mualaf Sang Pencerah Filantropi Rumah Zakat Iqra

    Asr15:12 WIB | Sabtu, 19 Sya'ban 1444

    Advertisement

    Home > Khazanah > Khazanah

    Rabu 27 Jul 2011 18:00 WIB

    Sejarah Hidup Muhammad SAW: Pengkhianatan Quraiys pada Hudaibiyah

    Red: cr01

    Foto: Wordpress.com Ilustrasi

    REPUBLIKA.CO.ID, Malam itu pihak Khuza'ah sedang berada di tempat pangkalan air milik mereka sendiri yang bernama Al-Watir, oleh pihak Bani Bakar mereka diserang dengan tiba-tiba dan beberapa orang dari pihak Khuza'ah dibunuh.

    Pihak Khuza'ah lari ke Makkah, berlindung kepada keluarga Budail bin Waraqah, dengan mengadukan perbuatan Quraisy dan Bani Bakar yang telah melanggar perjanjian dengan Rasulullah itu.

    Untuk itu Amr bin Salim dari Khuza'ah cepat-cepat pula pergi ke Madinah. Dan ketika menghadap Rasulullah yang saat itu sedang berada di masjid dengan beberapa orang, diceritakannya apa yang telah terjadi itu dan ia meminta pertolongan beliau.

    "Amr bin Salim, engkau mesti dibela," kata Rasulullah.

    Setelah itu, Budail bin Waraqah dan beberapa orang dari pihak Khuza'ah kemudian berangkat pula ke Madinah. Mereka melaporkan kepada Nabi tentang nasib yang mereka alami serta adanya dukungan Quraisy kepada Bani  Bakar.

    Melihat apa yang telah dilakukan Quraisy dengan merusak perjanjian itu, maka tak ada jalan lain menurut Nabi, Makkah harus dibebaskan. Untuk itu, beliau bermaksud mengutus orang kepada kaum Muslimin di seluruh jazirah supaya bersiap-siap menantikan panggilan yang belum mereka ketahui apa tujuannya.

    Sebaliknya orang-orang yang dapat berpikir lebih bijaksana di kalangan Quraisy, mereka sudah dapat menduga bahaya apa yang akan timbul akibat tindakan Ikrimah dan kawan-kawannya dari kalangan pemuda itu.

    Kini Perjanjian Hudaibiyah sudah dilanggar, dan pengaruh Rasulullah di seluruh jazirah kini bertambah kuat. Sekiranya apa yang telah terjadi itu dipikirkan, bahwa  pihak Khuza'ah akan menuntut balas terhadap penduduk Makkah, pasti Kota Suci itu akan terancam bahaya. Jadi apa yang harus mereka lakukan sekarang?

    Mereka mengutus Abu Sufyan ke Madinah, dengan maksud supaya persetujuan itu diperkuat kembali dan diperpanjang waktunya. Barangkali waktu yang sudah lewat itu berlaku untuk dua tahun, sekarang mereka mau supaya menjadi sepuluh tahun.

    Abu Sufyan, sebagai pemimpin mereka dan sebagai orang yang bijaksana di kalangan mereka kini berangkat menuju Madinah. Ketika sampai di Usfan dalam perjalanannya itu, ia bertemu dengan Budail bin Waraqah dan rombongannya. Ia khawatir Budail sudah menemui Rasulullah dan melaporkan apa yang telah terjadi.

    Hal ini akan lebih mempersulit tugasnya. Tetapi Budail membantah bahwa dirinya telah menemui Rasulullah. Sungguhpun demikian, dari  kotoran binatang tunggangan Budail itu, ia mengetahui bahwa orang itu memang dari Madinah. Oleh karena itulah, Abu Sufyan tidak akan langsung menemui Rasulullah lebih dulu, melainkan menuju rumah putrinya—Ummu Habibah, istri Nabi.

    Ketika Abu Sufyan akan duduk di alas yang biasa diduduki Nabi, Ummu Habibah langsung melipatnya. Ayahnya bertanya, "Kenapa kau lakukan itu, putriku? Apakah kau lebih sayang tikar itu ataukah ayahmu?"

    Ummu Habibah menjawab, "Ini alas Rasulullah SAW. Ayah adalah orang musyrik

    yang kotor. Aku tidak ingin ayah duduk di tempat itu."

    "Sungguh engkau akan mendapat celaka, anakku," kata Abu Sufyan, lalu keluar sambil menahan amarah.

    Setelah itu, ia pergi menemui Rasulullah, berbicara mengenai perjanjian serta perpanjangan waktunya. Namun Nabi SAW tidak memberikan jawaban sama sekali. Selanjutnya, ia pergi menemui Abu Bakar supaya membicarakan maksudnya itu dengan Nabi. Tetapi Abu Bakar juga menolak.

    Kini ia menemui Umar bin Khathab, tapi Al-Faruq malah memberikan jawaban yang cukup keras, "Aku menjadi perantaramu kepada Rasulullah? Sungguh, kalau yang ada padaku hanya remah, pasti dengan itu pun akan kulawan engkau."

    Seterusnya ia menemui Ali bin Abi Talib dan Fatimah ada di tempat itu. Dikemukakannya maksud kedatangannya dan dimintanya supaya Ali menjadi perantaranya kepada Rasulullah. Tetapi Ali mengatakan dengan lemah-lembut bahwa tak ada orang yang akan dapat menyuruh Rasulullah menarik kembali sesuatu yang sudah menjadi keputusannya.

    Tak putus asa, Abu Sufyan—utusan Quraisy itu—meminta pertolongan Fatimah supaya Hasan—putranya—berusaha memintakan perlindungan di kalangan khalayak ramai.

    "Tak ada orang akan berbuat demikian dengan maksud akan dihadapkan kepada Rasulullah," jawab Fatimah.

    Keadaan makin gawat buat Abu Sufyan. Ia meminta pendapat Ali. "Sungguh aku tidak tahu, apa yang kiranya akan berguna buatmu," kata Ali. "Tetapi engkau pemimpin Bani Kinanah. Cobalah minta perlindungan kepada orang ramai, sesudah itu, pulanglah ke negerimu! Aku kira ini tidak cukup memuaskan. Tapi hanya itu yang dapat kuusulkan padamu."

    Abu Sufyan kemudian pergi ke masjid dan di sana ia mengumumkan bahwa ia sudah meminta perlindungan khalayak ramai. Kemudian ia menaiki untanya dan pulang ke Makkah dengan membawa perasaan kecewa, karena kehinaan yang ia dapatkan dari anaknya sendiri dan orang-orang—kaum Muhajirin—yang pernah mengharap belas-kasihannya.

    sumber : Sejarah Hidup Muhammad oleh Muhammad Husain Haekal

    sumber : khazanah.republika.co.id

    Fathu Makkah, Pembebasan Kota Makkah tanpa Pertumpahan Darah

    Di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, kaum muslim mengalami banyak dinamika dan peristiwa penting. Tak hanya peperangan, Nabi Muhammad SAW juga telah membawa Islam pada sejarah kemenangan yang penting, yaitu pembebasan kota Makkah atau biasa disebut Fathu Makkah. Peristiwa ini terjadi pada bulan Ramadan tahun delapan Hijriyah. Peristiwa besar ini bermula saat adanya Perjanjian Hudaibiyah […]

    Fathu Makkah, Pembebasan Kota Makkah tanpa Pertumpahan Darah – Bagian I

    by SDIT Al Hasanah | Aug 5, 2020 | Pengetahuan Umum | 1 comment

    Di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, kaum muslim mengalami banyak dinamika dan peristiwa penting. Tak hanya peperangan, Nabi Muhammad SAW juga telah membawa Islam pada sejarah kemenangan yang penting, yaitu pembebasan kota Makkah atau biasa disebut Fathu Makkah. Peristiwa ini terjadi pada bulan Ramadan tahun delapan Hijriyah.

    Peristiwa besar ini bermula saat adanya Perjanjian Hudaibiyah pada tahun 6 Hijriyah. Inti dari perjanjian itu adalah adanya kesepakatan bahwa siapa saja boleh memilih untuk bergabung di kubu mana pun, baik kubu Nabi Muhammad SAW maupun kubu kaum Quraisy Makkah. Suku Khuza’ah memutuskan untuk bergabung dengan kubu Nabi Muhammad SAW dan suku Bakr memilih untuk bergabung dengan kubu kaum kafir Quraisy Makkah. Pada zaman jahiliyah, kedua suku tersebut punya riwayat terjadinya pertumpahan darah dan permusuhan. Namun, dengan adanya Perjanjian Hudaibiyah, kedua suku tersebut melakukan gencatan senjata.

    Bani Bakr ternyata merencanakan serangan diam-diam terhadap suku Khuza’ah, dan penyerangan tersebut dibantu oleh kaum kafir Quraisy. Menghadapi serangan tersebut, suku Khuza’ah pun melaporkannya pada Nabi Muhammad SAW. Karena merasa bahwa dirinya telah melanggar perjanjian, orang kafir Quraisy pun mengutus Abu Sufyan ke Madinah untuk membujuk Rasulullah dan memerbarui isi perjanjian. Sayangnya upaya tersebut tidak diindahkan oleh Rasulullah, hingga Abu Sufyan memutuskan untuk mendatangi Abu Bakar dan Umar agar membantunya. Lagi-lagi, usaha tersebut gagal.

    Sebagai upaya selanjutnya, Abu Sufyan pun memutuskan untuk menemui Ali bin Abi Thalib. Namun, permintaan itu pun ditolak oleh Ali. Penghianatan tersebut membuat Nabi Muhammad SAW memerintahkan para sahabat untuk menyiapkan senjata dan pasukan perang. Beliau mengajak para sahabat untuk menyerang Makkah. Nabi pun bersabda,

    “Ya Allah, buatlah Quraisy tidak melihat dan tidak mendengar kabar hingga aku tiba di sana secara tiba-tiba.”

    Rasul pun mengutus pasukan sebanyak 80 orang menuju perkampungan antara Dzu Khasyab dan Dzul Marwah pada awal bulan Ramadan. Hal ini dilakukan agar ada anggapan bahwa Rasulullah akan menuju perkampungan tersebut. Sementara itu, ada seorang sahabat Muhajirin, Hatib bin Abi Balta’ah menulis surat untuk dikirimkan ke orang Quraisy. Surat tersebut berisi kabar bahwa Nabi Muhammad SAW telah berangkat menuju Makkah untuk melakukan serangan dadakan.

    Dengan kebesaran Allah, Nabi pun mengetahui pengiriman surat tersebut dan mengutus sahabat Ali bin Abi Thalib untuk mengambil surat tersebut dan menyerahkannya pada Rasulullah. Rasul pun menanyakan perihal surat tersebut pada Hatib, dan ia menjawab bahwa hal itu dilakukan agar kemudian kaum musyrikin Quraisy melindungi keluarga dan kerabat yang ada di lingkungan Quraisy.

    1 Comment

    Khaizan rekha on 3 April 2021 at 08:43

    Sangat bermanfaat trims

    Reply

    Submit a Comment

    sumber : sdit.alhasanah.sch.id

    Kapan Terjadinya Fathu Mekkah? Halaman all

    Fathu Mekkah terjadi pada bulan Ramadan tahun 8 Hijriyah atau 630 Masehi. Halaman all

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

    Kompas.com Stori

    Kapan Terjadinya Fathu Mekkah?

    Kompas.com - 21/10/2022, 19:00 WIB

    Lihat Foto

    Ilustrasi Fathu Mekkah atau Pembebasan Mekkah pada tahun 8 Hijriah.(Wikimedia Commons)

    Penulis Widya Lestari Ningsih | Editor Widya Lestari Ningsih

    KOMPAS.com - Fathu Mekkah merupakan pembebasan Kota Mekkah oleh umat Islam.

    Peristiwa ini juga dikenal dengan sebutan Pembebasan Mekkah, dari kezaliman yang dilakukan kaum kafir Quraisy.

    Sebab terjadinya Fathu Mekkah adalah pengkhianatan kaum kafir Quraisy terhadap Perjanjian Hudaibiyah yang disepakati pada tahun 6 Hijriah.

    Fathu Mekkah terjadi pada bulan Ramadan tahun 8 Hijriah. Beberapa pendapat menyatakan bahwa tanggal itu bertepatan dengan Januari 630 Masehi.

    Namun, ada juga yang meyakini bahwa Fathu Mekkah terjadi pada Juli 630 Masehi. Lantas, kapan terjadinya Fathu Mekkah?

    Baca juga: Mengapa Kaum Kafir Quraisy Melakukan Pemboikotan terhadap Umat Islam?

    Kapan terjadinya Fathu Mekkah?

    Fathu Mekkah terjadi pada 20 Ramadan tahun 8 Hijriah, di mana Nabi Muhammad menganjurkan para sahabat untuk tidak berpuasa pada hari itu.

    Banyak yang meyakini bahwa peristiwa itu bertepatan dengan minggu pertama bulan Januari 630 Masehi.

    Namun, beberapa sumber kuat menyatakan bahwa Fathu Mekkah terjadi pada bulan Juli 630 Masehi bukan Januari.

    Adapun pendapat yang menyatakan bahwa Pembebasan Mekkah terjadi di minggu pertama Januari disinyalir hanya berdasarkan perhitungan dari perbedaan antara kalender Masehi dan Hijriah.

    Padahal, sangat sulit menentukan kapan terjadinya Fathu Mekkah dalam kalender Masehi karena tradisi bangsa Arab saat itu yang kerap mengubah tanggal dan bulan haram sesuai keinginan mereka.

    Bukti lain yang memperkuat bahwa Fathu Mekkah terjadi pada bulan Juli adalah, saat terjadinya peristiwa cuaca sedang sangat panas.

    Ketika melihat para sahabat yang berteduh dari terik matahari, Rasulullah bahkan mengingatkan bahwa bukan termasuk kebaikan berpuasa saat melakukan perjalanan jauh.

    Cara lain untuk menentukan kapan terjadinya Fathu Mekkah adalah melalui peristiwa Tabuk.

    Tabuk terjadi setelah 13 bulan dari Fathu Mekkah.

    Baca juga: Biografi Nabi Muhammad SAW dari Lahir Hingga Wafat

    Sejarah singkat Fathu Mekkah

    Dua tahun sebelum peristiwa Fathu Mekkah, umat Muslim menyepakati perjanjian dengan pihak kafir Quraisy yang menguasai Mekkah.

    Kesepakatan yang kemudian dikenal sebagai Perjanjian Hudaibiyah itu salah satu isinya menyatakan bahwa umat Muslim dan kafir Quraisy mengadakan gencatan senjata selama sepuluh tahun.

    Namun, kaum Quraisy melanggar perjanjian dengan membantu Bani Bakr menyerang dan membantai Bani Khuza'ah, sekutu umat Islam.

    Setelah tragedi itu, perwakilan Bani Khuza'ah menghadap Nabi Muhammad di Madinah dan menceritakan pengkhianatan kaum kafir Quraisy di Mekkah.

    Kaum Quraisy sebenarnya sempat mengutus Abu Sufyan menemui Nabi Muhammad guna memperbarui perjanjian, tetapi ditolak.

    Akibat pengingkaran kaum kafir Quraisy, Nabi Muhammad menyiapkan pasukan untuk menaklukkan Mekkah.

    Jumlah pasukan Fathu Mekkah yang berhasil dikumpulkan Nabi mencapai 10.000 orang.

    Baca juga: Perang Fijar: Penyebab, Jalannya Pertempuran, dan Peran Nabi Muhammad

    Nabi kemudian membagi pasukan tersebut ke dalam empat divisi, yang masing-masing ditugaskan untuk memasuki Mekkah dari empat penjuru mata angin.

    Kendati demikian, Nabi Muhammad berpesan agar pasukannya tidak menyerang karena tidak ingin adanya pertumpahan darah, kecuali dalam keadaan terpaksa.

    Pasukan Muslim dapat menaklukkan Mekkah tanpa perlawanan berarti dari kaum kafir Quraisy yang kalah jumlah pasukan.

    Nabi Muhammad segera memerintahkan untuk menghancurkan 360 berhala yang ada di Kabah dan sekitarnya.

    Meski kaum kafir Quraisy kerap berniat mencelakai Nabi Muhammad dan melakukan hal buruk terhadap umat Muslim, Nabi justru memerdekakan mereka.

    Nabi Muhammad menjanjikan ampunan Allah dan kedamaian terhadap siapa saja yang mau bertaubat dan masuk Islam.

    Mendengar keputusan Nabi, kaum kafir Quraisy berbondong-bondong masuk Islam. Setelah peristiwa ini, Mekkah secara resmi dipegang oleh umat Muslim.

    Referensi:

    Haylamaz, Rasyid. (2016). Mentari Kasih Sayang rasulullah SAW yang Meluluhkan Kebekuan Hati. Jakarta: Republika Penerbit.

    Maulidya, Hanatul Ula. (2022). Sang Panglima Tak Terkalahkan Khalid bin Walid. Surabaya: Media Edukasi Creative.

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

    Tag sejarah dunia

    fathu Mekkah terjadi pada

    fathu Mekkah

    kapan terjadinya fathu Mekkah

    sebab fathu Mekkah

    Lihat Stori Selengkapnya

    Sejarah Al Ula, Kota yang Disebut Terkutuk dan Dihindari Nabi Muhammad

    Kisah Isra Miraj Nabi Muhammad

    Kisah Nabi Muhammad Sebelum Diangkat Menjadi Rasul

    Strategi Dakwah Nabi Muhammad di Madinah

    Siapa Saja Tokoh yang Sangat Menentang Dakwah Nabi Muhammad?

    sumber : www.kompas.com

    Apakah Anda ingin melihat jawaban atau lebih?
    Muhammad 16 day ago
    4

    Guys, ada yang tau jawabannya?

    Klik untuk menjawab