jika Anda ingin menghapus artikel dari situs, hubungi kami dari atas.

    jika jenis tarinya merupakan tari tradisi maka gunakan pula aksen aksen tradisional seperti kain,motif payet dan warna yang sesuai, pernyataan ini dalam tata busana tergolong dalam tahap ...?

    Muhammad

    Guys, ada yang tau jawabannya?

    dapatkan jika jenis tarinya merupakan tari tradisi maka gunakan pula aksen aksen tradisional seperti kain,motif payet dan warna yang sesuai, pernyataan ini dalam tata busana tergolong dalam tahap ...? dari situs web ini.

    Seni_Tari

    View flipping ebook version of Seni_Tari-BG-Kls_X (1) published by ekowahyuni.pps on 2022-03-23. Interested in flipbooks about Seni_Tari-BG-Kls_X (1)? Check more flip ebooks related to Seni_Tari-BG-Kls_X (1) of ekowahyuni.pps. Share Seni_Tari-BG-Kls_X (1) everywhere for free.

    The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

    Home Explore

    Seni_Tari-BG-Kls_X (1)

    View in Fullscreen

    Seni_Tari-BG-Kls_X (1)

    Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!

    ekowahyuni.pps

    http://anyflip.com/bffjl/tfgd/

    Download PDF Share

    Related Publications

    Explore More

    Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.

    Search

    Published by ekowahyuni.pps, 2022-03-23 02:31:43

    Seni_Tari-BG-Kls_X (1)

    Pages: 1 - 50 51 - 100 101 - 150 151 - 200 201 - 224

    Seni_Tari-BG-Kls_X (1)

    3. Kegiatan Pembelajaran Alternatif

    Kegiatan pembelajaran alternatif yang dapat dilakukan guru pada materi ini,

    yaitu

    a. Jika sekolah belum memadai secara fasilitas baik fasilitas audio, visual dan

    internet. Guru dapat mengajak peserta didik untuk menganalisis gerak-

    gerak alam sekitar yang menjadi insiprasi sebuah karya tari. Peserta didik

    dapat melakukan pengamatan terhadap gerak-gerak yang berasal dari

    tumbuhan, hewan dan manusia yang dapat dituangkan menjadi sebuah

    tema karya tari.

    b. Penilaian pada kegiatan alternatif ini yaitu penilaian aspek kognitif dan

    penilaian sikap. Penilaian dilakukan dengan cara menilai kemampuan

    peserta didik berdasarkan aktivitas yang dilakukan peserta didik pada saat

    melakukan pengamatan dan mengemukakan pendapat.

    III. Prosedur Kegiatan Pembelajaran 2

    Kegiatan Pembelajaran 2 merupakan lanjutan dari pembelajaran 1, yaitu

    peserta didik mengetahui cara menentukan tema dan judul tari. Pada kegiatan

    pembelajaran dua ini peserta didik diajak untuk membuat karya tari dengan

    rangsangan visual, di mana peserta didik diberi tugas untuk dapat membuat

    gerak tari sederhana berdasarkan benda atau fenomena yang mereka lihat.

    A. Deskripsi Materi

    RANGSANG VISUAL DALAM MEMBUAT KARYA TARI

    Dalam membuat karya tari, koreografer harus memiliki ide atau gagasan

    awal. Ide atau gagasan dapat timbul melalui adanya sebuah rangsang. Konsep

    dasar dari rangsang menurut Jacqueline Smith (Suharto: 1985) dideinisikan

    sebagai sesuatu yang membangkitkan ikir, atau semangat, atau mendorong

    kegiatan. Artinya bahwa setiap kegiatan yang dilakukan oleh penata tari

    dalam berkarya hanya muncul pada saat ada dorongan atau rangsang

    tersebut. Rangsang yang biasanya menjadi awal dari lahirnya sebuah karya

    tari adalah rangsang visual dan audio.

    Rangsang visual dalam membuat karya tari adalah segala sesuatu

    yang dapat ditangkap oleh panca indera penglihat, atau mata. Contohnya

    mengamati alam sekitar, benda-benda atau fenomena sosial. Rangsang

    visual dari mengamati alam sekitar dapat mendorong koreografer untuk

    Unit Pembelajaran 3 Berkreasi Tari dari Karya Seni Bentuk Lain 93

    menciptakan tema tari tentang lora dan fauna. Rangsang visual terhadap

    suatu benda dapat menginspirasi koreografer untuk menentukan properti

    tari. Contohnya payung untuk properti Tari Payung, atau lilin untuk properti

    Tari Lilin.

    Rangsang visual dapat juga menginspirasi desain gerak tari dan tempo

    gerak tari, misalnya saat koreografer bermain ke kebun binatang kemudian

    mengamati perilaku satwa, akhirnya merangsang koreografer tersebut untuk

    membuat desain gerak meniru tingkah laku binatang seperti melompat-

    lompat pada gerak tari bertema satwa kijang, atau desain gerak terbang pada

    tari bertema burung.

    Rangsang visual juga dapat menjadi inspirasi dalam membuat pola

    lantai, misalnya mengamati peristiwa kerusuhan, dapat menginspirasi

    koreografer untuk membuat pola lantai menyebar atau tidak beraturan.

    Saat melihat bebek yang sedang berjalan teratur menginspirasi koreogreafer

    untuk membuat tarian dengan tema bebek dan pola lantai yang juga teratur

    atau sejajar.

    Rangsang visual dalam membuat karya tari dapat juga berasal dari karya

    seni lain misalnya mengamati teater atau ilm. Telah banyak pertunjukan tari

    yang terinpirasi dari ilm atau teater. Misalnya drama musikal Laskar Pelangi

    yang pernah di gelar pada 17 Desember 2010 sampai 9 Januari 2011 di Taman

    Ismail Marzuki, drama musikal ini terinspirasi dari novel terkenal karya

    Andrea Hirata tahun 2005. Dalam drama musikal tersebut terdapat beberapa

    adegan yang diisi oleh adegan tokoh-tokoh yang menari bersama. Contoh

    lain, membuat sebuah karya tari dapat juga terinspirasi dari tayangan yang

    sering ditonton misalnya ilm India, drama korea atau tontotan lainnya.

    Rangsang visual bentuk lain dapat juga terinspirasi dari karya lukisan

    atau patung hasil karya seniman rupa. Misalnya saat koreografer mengamati

    relief candi Borobudur dapat menginspirasi untuk membuat karya tari

    berdasarkan cerita yang tergambar pada relief candi tersebut.

    94 Buku Panduan Guru Seni Tari untuk SMA/SMK Kelas X

    B. Kegiatan Pembelajaran 2

    1. Persiapan Pembelajaran

    Persiapan yang harus dilakukan oleh guru untuk melakukan kegiatan

    pembelajaran 2 unit 3 adalah menyiapkan bacaan mengenai tema tari

    berdasarkan rangsang visual melalui media cetak seperti buku, jurnal ilmiah

    dan lainnya. Selain itu materi tersebut dapat diperoleh dari media video,

    sumber : anyflip.com

    Komposisi Tari: Tata Desain Panggung, Musik, Rias dan Busana

    Balaibahasajateng.web.id, Komposisi Tari: Tata Desain Panggung, Musik, Rias dan Busana - Komposisi tari pada dasarnya tidak hanya terdiri dari susunan gerak

    Beranda Wawasan

    Wawasan

    Komposisi Tari: Tata Desain Panggung, Musik, Rias dan Busana

    Satu - Budaya, Seni Maret 10, 2023

    Tata panggung / ppid.probolinggokota.go.id

    5/5 - (1 vote)

    Balaibahasajateng.web.id, Komposisi Tari: Tata Desain Panggung, Musik, Rias dan Busana – Komposisi tari pada dasarnya tidak hanya terdiri dari susunan gerak yang telah mengalami proses penggarapan. Baik dari aspek tenaga, ruang, waktu dan ekspresi. Seperti yang sudah dibahas pada artikel sebelumnya.

    Namun terdapat juga unsur-unsur lain yang disusun sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah komposisi dinamis yang disebut tari. Apabila kita melihat sebuah tarian. Baik tarian tradisional atau modern akan banyak unsur yang dapat kita kenali dan itu terlihat oleh mata (visual).

    Seperti dalam tari bertema tradisional yang berasal dari suatu daerah atau komunitas masyarakat etnik. Unsur-unsur tersebut dibangun dan disusun sesuai dengan nilai-nilai dan corak tradisional yang mewarnai kehidupan masyarakatnya. Serta sesuai dengan kepentingan-kepentingan (fungsi tari) dalam kehidupan masyarakat.

    Maka dengan demikian semua unsur komposisi tari digabungkan menjadi satu pangggung. Mulai dari (pola gerak, rias wajah, busana, perlengkapan tari, musikal dan tempat pementasan). Mencerminkan khas dari budaya setempat dan adat daerah yang memiliki tarian itu turun temurun.

    Table of Contents

    Unsur Komposisi Tari

    1. Desain Lantai (Floor Design)

    2. Desain Atas (Air Design)

    3. Tata Desain Musik

    4. Tata Rias Penari (Makeup)

    5. Tata Rambut 6. Tata Busana Tari

    Arti Koreografer & Koreografi

    Unsur Komposisi Tari

    Secara teori fungsi dari komposisi itu sendiri tidak lain sebagai tambahan untuk merealisasikan tema tarian serta membuat penonton terbawa/tersugesti. Terlebih lagi jika cepat memahami cerita dan tema tari yang dibawakan.

    Oleh karena itu biasanya tempat pementasan tari di tata sesuai dengan mode dan tema/cerita pertunjukan yang akan di bawakan. Sebagai contoh.

    Tari tradisional adalah jenis tari rakyat, yang mana desain gerak, desain lantai, desain atas, tata busana, tata rias dan musikal. Serta tempat menari dipersiapkan sedemikian rupa, sehingga walaupun hasil pentasnya terkesan sederhana tapi tidak terlalu rumit.

    Ringkasan :Biasanya tarian tradisional ditujukan untuk kegiatan seperti upacara adat, upacara agama atau tujuan ikatan kebersamaan warga. Jadi komposisi harus disesuaikan dengan kegiatan dan tema yang akan dibawakan tersebut.

    Berbeda halnya dengan tari klasik dan jenis tari untuk pertunjukan. Karena dalam tari klasik komposisi pola gerak, desain panggung, hingga rias busana dan musik sangat berbeda. Bahkan tema tarinya pun disusun berdasarkan pola-pola koreografi yang lebih artistik.

    BACA JUGA: 10 Tarian dari Sumatera Utara untuk Anda Ketahui

    Tari klasik memang terkesan rumit. Karena berkesan taat kepada aturan-aturan yang berlaku dan harus dipatuhi dalam tatanan kehidupan orang istana saat pementasan.

    Sementara tari untuk seni pertunjukan merupakan ungkapan individual yang dalam proses penciptaannya lebih mengarah ke unsur kebebasan jiwa dan gerakan sekaligus mengeksplorasi semua unsur tari, sehingga memungkinkan pencapaian kualitas pada artistik maupun estetis dari aspek-aspek tari itu secara maksimal.

    Kemudian ada begitu banyak pemahaman terkait komposisi tari (teori) salah satunya dari seorang penari etnis bernama La Mery menurutnya unsur-unsur komposisi tari sangat luas, yaitu.

    1. Desain Lantai (Floor Design)

    Menurutnya desain floor adalah garis-garis dilantai yang nantinya dilalui oleh seorang penari atau garis-garis dilantai yang dibuat oleh formasi penari kelompok. Garis-garis lantai dibentuk dari lurus dan lengkung mengapa seperti itu?..

    Karena garis lurus dapat menghasilkan bentuk diagonal, segitiga, zig-zag, V atau V terbalik, T atau T terbalik. Sedangkan garis lengkung dapat menghasilkan bentuk lingkaran, lengkung setengah lingkaran, spiral, angka delapan dan seterusnya, selanjutnya.

    2. Desain Atas (Air Design)

    Air Design / desain atas (langit-langit, atap panggung) adalah desain yang dibuat oleh anggota badan yang berada diatas lantai. Desain ini dilihat dari arah penonton.

    Menurut La Mery ada bermacam-macam desain atas (Air Design), yaitu: (datar, dalam, vertikal, horizontal, kontras, murni, statis, lurus, lengkung, bersudut, spiral, tinggi, medium, rendah, terlukis, lanjutan, tertunda, simetris dan asimetris).

    3. Tata Desain Musik

    Desain musik adalah pola ritmik dalam tari yang muncul karena gerakan tari yang sesuai dengan melodi, gerak tari yang sesuai dengan harmoni dan gerakan tari yang sesuai dengan frase musik. dan desain musik ini dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu sebagai berikut.

    Musikal Dramatik

    Bagian ini adalah tahap-tahap emosional untuk mencapai klimaks dalam sebuah tari. Perlu diketahui bahwa tahap-tahap klimaks ini perlu ada dalam sebuah tari agar tarian itu menjadi menarik dan tak berkesan monoton untuk bagian terakhir kalinya.

    Klimaks merupakan puncak kekuatan emosional dalam seni tari, klimaks dapat dicapai dengan mempercepat tempo musik, memperluas jangkauan gerak, menambah jumlah penari dan menambah dinamika atau berhenti sama sekali dengan cara-cara lain.

    sumber : www.balaibahasajateng.web.id

    Sejarah Singkat Enam Kebaya Daerah

    Ternyata eksistensi kebaya sendiri dipercaya berasal dari Tiongkok pada tahun 1300 hingga 1600 sebelum Masehi.

    Sejarah Singkat Enam Kebaya Daerah

    Koropak.co.id, 28 December 2021 15:02:55

    Penulis : Eris Kuswara

    AddThis Sharing Buttons

    Share to Facebook Share to Twitter Share to LinkedIn Share to WhatsApp Share to Telegram

    Koropak.co.id - Kebaya menjadi salah satu identitas busana atau pakaian tradisional yang akan selalu terasa spesial saat dikenakan oleh kaum wanita.

    Meskipun tren fashion terus berkembang, namun makna dan sejarah kebaya yang lekat dengan pakaian adat wanita Jawa ini masih akan tetap dipertahankan.

    Hal itu dibuktikan dengan perkembangan model kebaya dari masa ke masa yang juga terbilang sangat variatif. Kebaya pun tidak lagi terlihat kaku dan monoton, bahkan kini terkesan modern dan hadir untuk semakin mempercantik tampilan wanita Indonesia di keseharian maupun acara-acara formal.

    Berbicara mengenai sejarah kebaya, tentunya kita akan teringat dengan tokoh emansipasi wanita, Raden Ajeng Kartini yang selalu mengenakan kebaya di setiap aktivitas kesehariannya.

    Meskipun begitu, ternyata eksistensi kebaya sendiri dipercaya berasal dari Tiongkok pada tahun 1300 hingga 1600 sebelum Masehi. Pada masa itu, bentuk pakaian kebaya yang dipakai berupa baju tunik yang pada umumnya digunakan oleh wanita Tionghoa di pemerintahan Dinasti Ming.

    Setelah mengalami akulturasi budaya selama ratusan tahun, pada akhirnya persebaran kebaya tertuju ke daerah Jawa, Bali, Sumatera hingga Sulawesi.

    Diketahui pada tahun 1500 hingga 1600 Masehi, wanita imigran Tionghoa mulai masuk ke Indonesia dengan membawa model baju kebaya yang kini berkembang menjadi kebaya encim.

    Sementara itu, penelusuran sejarah kebaya lainnya mengatakan bahwa baju adat yang dikenal sebagai kabaya ini berasal dari Kerajaan Majapahit. Dahulu seiring dengan penyebaran Islam pada abad ke-13, busana tradisional ini dikenakan oleh permaisuri dan selir raja.

    Bahkan, tercatat sebelum abad ke-9, wanita Jawa sudah mengenal beberapa model busana. Seperti model kemben, stagen serta padanan kain yang menutupi area dada.

    Kemudian pada saat agama Islam masuk di bumi nusantara, kebaya pun mengalami penyesuaian dengan adanya aksen outer atau luaran. Model baju luaran kebaya sendiri yaitu berupa kain tipis yang digunakan untuk menutup bagian belakang tubuh, bahu dan kedua lengan.

    Berdasarkan catatan sejarah kebaya lainnya, kebaya merupakan busana wanita Indonesia khususnya bagi priyayi dan kaum bangsawan saat bangsa Portugis pertama kali mendarat di Indonesia pada abad ke-15 dan 16.

    Baca : Lebih Dekat dengan Rimpu, Pakaian Suku Mbojo Bima NTT

    Setelah itu, pemakaian kebaya yang terbuat dari kain tipis dan aksen peniti pada bagian depan pun mulai digunakan oleh wanita pribumi termasuk istri petani. Jika dilihat dari perkembangan model kebaya dari masa ke masa, jenis kebaya telah melalui proses akulturasi budaya.

    Akulturasi budaya yang dimaksud itu sendiri adalah adanya pengaruh budaya dari luar yang sangat signifikan dalam munculnya variasi jenis-jenis kebaya tradisional hingga modern. Sehingga, dari sekian banyak jenis kebaya yang bermunculan, terdapat akulturasi budaya Jawa dengan pengaruh budaya lain.

    Kebaya juga memang identik dengan pesona wanita Indonesia dengan busana adat Jawa yang kental. Namun, seiring dengan semakin berkembangnya tren fashion serta akulturasi budaya dari luar, kini model kebaya pun semakin variatif serta memiliki ciri khasnya masing-masing.

    Bahkan melalui proses akulturasi budaya Jawa dengan budaya lain, membuat jenis kebaya tradisional terbagi menjadi beberapa jenis kebaya. Berikut Koropak rangkum 6 jenis kebaya berdasarkan akulturasi budaya sebagaimana dihimpun dari berbagai sumber, Selasa 28 Desember 2021:

    1. Kebaya Jawa

    Kebaya Jawa identik dengan bahan brokat serta tembelan kain di area dada. Kebaya Jawa pun menjadi salah satu model kebaya andalan untuk tampil istimewa di acara kondangan wanita modern. Pada umumnya, Kebaya Jawa memiliki ciri khas tersendiri yaitu adanya lipatan kain yang menyambung di sisi kanan dan di area dada yang biasa disebut kebaya kutu baru.

    Kebaya kutu baru yang berasal dari Jawa Tengah itu konon merupakan perkembangan dari pemakaian kemben. Diketahui, saat wanita malas mengenakan kemben, maka mereka akan menambahkan penggunaan aksen kutu baru.

    Kebaya Jawa itu juga identik dengan desainnya yang klasik dan anggun. Biasanya kebaya ini terbuat dari material brokat yang tipis, transparan serta dihiasi dengan payet dan embellishment cantik.

    2. Kebaya Betawi

    Kebaya Betawi merupakan pembentukan jenis kebaya berdasarkan akulturasi budaya Cina dan Melayu yang menghadirkan desain kebaya yang sangat variatif.

    Meskipun begitu, ternyata ada model kebaya Betawi yang tidak tercampur dengan budaya Cina dan memakai desain kebaya yang berkancing, polos, dan panjang. Kebaya asli dari Betawi ini biasanya bisa terlihat dipakai oleh none-none DKI Jakarta.

    Kebaya Betawi sendiri merupakan hasil campuran akulturasi budaya Cina yaitu kebaya encim. Salah satu ciri khas dari kebaya encim adalah corak warnanya yang cerah, bordiran bunga di bawahnya yang khas, serta kerah V-neck yang klasik.

    Kemudian ciri khas lainnya dari kebaya encim ini adalah bagian depan bawah kebaya yang mengerucut dan biasanya akan dipadukan dengan kain bermotif rebung atau tumpal.

    sumber : koropak.co.id

    Apakah Anda ingin melihat jawaban atau lebih?
    Muhammad 17 day ago
    4

    Guys, ada yang tau jawabannya?

    Klik untuk menjawab