jika Anda ingin menghapus artikel dari situs, hubungi kami dari atas.

    perasaan tertarik seseorang terhadap orang lain yang timbul akibat perbuatan yang dilakukan orang lain yang baik benar atau kehidupan yang memperhatikan disebut perilaku

    Muhammad

    Guys, ada yang tau jawabannya?

    dapatkan perasaan tertarik seseorang terhadap orang lain yang timbul akibat perbuatan yang dilakukan orang lain yang baik benar atau kehidupan yang memperhatikan disebut perilaku dari situs web ini.

    Akhlak Mahmudah pertanyaan & jawaban untuk kuis dan lembar soal

    Find and create gamified quizzes, lessons, presentations, and flashcards for students, employees, and everyone else. Get started for free!

    Religious Studies

    6th

    Religious Studies 6th Akhlak Mahmudah

    Lathifa Diva Aulia 22 plays

    50 Qs

    50 Qs Introducing new Paper mode

    No student devices needed. Know more

    Show Answers See Preview 1. Multiple-choice 30 seconds 1 pt

    Ayat di bawah ini yang mengajarkan toleransi beragama adalah ....

    وَلَاۤ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَاۤ اَعْبُدُ

    وَلَاۤ اَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدْتُّمْ

    وَلَاۤ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَاۤ اَعْبُدُ

    لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ

    2. Multiple-choice 30 seconds 1 pt

    Perbedaan agama, suku, dan budaya merupakan karunia Allah agar manusia saling ....

    bertentangan

    berlomba dalam kebaikan

    bermusuhan

    berlomba dalam keburukan

    3. Multiple-choice 30 seconds 1 pt

    Manusia diciptakan oleh Allah sebagai mahluk sosial yang berarti manusia ....

    dapat hidup sendirian

    tidak memerlukan bantuan orang lain

    mencukupi kebutuhannya sendiri

    harus saling bekerjasama

    Expore all questions with a free account

    Already have an account?

    Suggestions for you See more SUPER

    31 Qs

    Moses and the Plagues

    1.7K plays

    2nd

    10 Qs

    Parable of The Talents

    1.1K plays

    1st - 4th

    20 Qs

    Friendly

    741 plays

    2nd SUPER

    13 Qs

    现在几点?(2)

    109 plays

    2nd

    sumber : quizizz.com

    Penasaran dengan Alasan di Balik Perilaku Seseorang? Yuk Intip Apa Itu Atribusi! – PSIKOLOGI UNNES

    Oleh Nuke Martiarini, S.Psi., M.A. Dosen Psikologi UNNES Ph.D Candidate di Massey University, New Zealand [email protected] Atribusi atau menjelaskan mengapa seseorang berperilaku te…

    Skip to content

    PSIKOLOGI UNNES

    PSIKOLOGI UNNES PENASARAN DENGAN ALASAN DI BALIK PERILAKU SESEORANG? YUK INTIP APA ITU ATRIBUSI!

    PENASARAN DENGAN ALASAN DI BALIK PERILAKU SESEORANG? YUK INTIP APA ITU ATRIBUSI!

    4 DECEMBER

    Tim WebsitePsychology A to Z

    Oleh Nuke Martiarini, S.Psi., M.A.

    Dosen Psikologi UNNES

    Ph.D Candidate di Massey University, New Zealand

    [email protected]

    Atribusi atau menjelaskan mengapa seseorang berperilaku tertentu, ada motif dan maksud apa dibalik perilakunya (Myers, 2006; Baron & Byrne, 2006) ternyata ada ilmunya lho. Memahami konsep Atribusi, setidaknya membuat kita menjadi lebih bijak dalam menilai perilaku diri sendiri dan orang J. Karena kenyataannya kita sulit sekali melepaskan “keberpihakan” pada hal tertentu, sulit sekali untuk mengamati keadaan tanpa mengevaluasi, bener nggak?. Ketika melihat perilaku teman yang “agak unik” lalu dengan mudahnya mengatakan “oh dia emang gitu karakternya” atau “dia kayak gitu karena tuntutan lingkungan”.

    Oke, mari belajar soal atribusi bersama-sama. Tapi ingat, sebelum belajar teori, kita harus ingat  ya bahwa konsep ini tidak semata-mata untuk dihafalkan saja, namun untuk membantu kita memahami “mengapa seseorang berperilaku tertentu” dan ingat menilai suatu perilaku hanya bisa dilakukan jika ada “objek” atau perilaku yang tampak saja ya (Baron & Byrne, 2006). Teori atribusi ini sudah sejak lama disusun oleh para ahli Psikologi Sosial seperti Heider; Jones & Davis; dan Kelley sejak tahun 1950an melalui berbagai eksperimen social (Shaver, 1983).

    “Silakan tulisan ini dibaca pelan-pelan, berhenti sesaat sambil membayangkan situasinya, jangan terburu-buru untuk menyelesaikan, santai saja, boleh sembari ngopiJ”

    Untuk memahami konsep Atribusi secara mendalam setidaknya ada lima hal yang perlu diketahui. Pertama, elemen-elemen apa yang menyusun atribusi. Kedua, bagaimana teori Atribusi berkembang. Ketiga, bagaimana proses dasar Atribusi. Keempat, kemungkinan kesalahan yang terjadi saat mengatribusikan perilaku. Terakhir, bagaimana perkembangan penelitian mengenai Atribusi dewasa ini.

    Elemen-elemen Atribusi

    Ada tiga elemen dasar mengapa seseorang berperilaku tertentu (Shaver, 1983). Pertama adalah “persepsi”, riset yang dilakukan para ahli sejak tahun 1930an menunjukkan bahwa persepsi “membingkai” pengetahuan manusia sehingga mempengaruhi caranya dalam bersikap, berperilaku, bahkan memecahkan masalah yang rumit. Lalu yang kedua adalah faktor perilaku, dan yang ketiga adalah adanya exposure waktu (terus-menerus dalam jangka panjang).

    Perkembangan Teori Atribusi

    Perkembangan awal teori Atribusi di dunia Psikologi melibatkan setidaknya ada 3 tokoh kunci yaitu Heider sekitar tahun 1950an, Jones & Davis pada tahun 1960an, dan Kelley di tahun 1960an akhir (Shaver, 1983). Pada awalnya Heider serta Jones & Davis menekankan pentingnya “aktor” atau manusianya  sebagai “information processor”, alias yang penting adalah “otaknya”. Karena disitulah persepsi dan berbagai pengetahuan bersumber dan dinilai sangat mempengaruhi perilaku yang dimunculkan. Sementara Kelley memiliki pendapat yang berbeda, menurutnya yang terpenting justru mengamati “lingkungan” sebagai penyedia stimulus. Termasuk didalamnya mengamati kondisi yang memicu seseorang berperilaku tertentu, serta kebiasaan orang-orang di sekitarnya.

    Perbedaan-perbedaan tersebut, akhirnya justru melahirkan model awal teori Atribusi yang sampai sekarang masih sering kita gunakan untuk menganalisis perilaku. Berikut adalah konsep yang kemudian dikembangkan, setidaknya ada dua kelompok besar mengenai Atribusi, yaitu mengatribusi perilaku diri sendiri dan mengatribusikan perilaku orang lain. Berikut adalah penjelasanannya :

    Mengatribusikan perilaku diri kita sendiri atau disebut Attribution of Self atau looking glass self dilakukan dengan cara membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Tujuannya adalah untuk evaluasi diri.

    Mengatribusikan perilaku orang lain atau Attribution to Other. Konsep ini menjelaskan alasan seseorang berbuat sesuatu dengan memahami “causality” dan “responsibility”. Causality berarti mencari tahu apakah si aktor sadar akan akibat dari perilakunya, seberapa besar efeknya, dan apakah ia mendapat tekanan dari lingkungan saat melakukannya. Sedangkan responsibility adalah mengenai bagaimana si aktor kemudian bertanggungjawab terhadap perilakunya. Dengan mengetahui kedua hal tersebut maka proses mencari sebab mengapa suatu perilaku muncul menjadi lebih mudah.

    Proses Atribusi

    Selanjutnya, bagaimana proses mengatribusikan suatu perilaku? Setidaknya ada tiga tahap sederhana dikembangkan oleh Kelley (1967), yaitu :

    Tahap awal (observation of an action). Yaitu apakah ada perilaku kasat mata yang dapat diamati? Jika “ya” maka proses kedua akan dilanjutkan. Jika “tidak” ada maka tahap kedua tidak dapat dilakukan.

    Tahap kedua (judgement of intention). Apakah perilaku yang ditunjukkan punya tujuan tertentu? Jika “ya” maka lanjut ke proses terakhir. Jika “tidak” maka proses selesai sampai disini.

    Tahap terakhir (making a dispositional attribution). Apakah perilaku yang dimunculkan dilakukan atas keinginannya sendiri? jika “ya” maka dapat disimpulkan bahwa penyebab perilaku adalah faktor personal. Namun jika perilaku dilakukan atas desakan lingkungan, maka simpulan penyebab perilaku adalah faktor lingkungan.

    sumber : psikologi.unnes.ac.id

    Mengenal 4 Kecenderungan Kepribadian Orang Lain – Kabupaten Lombok Barat

    Oleh H.Prasetya Utama, M.Kes (Widyaiswara BKD Kab.Lombok Barat)   Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.Disamping itu kepri

    Mengenal 4 Kecenderungan Kepribadian Orang Lain

    OlehH.Prasetya Utama, M.Kes(Widyaiswara BKD Kab.Lombok Barat)

    Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.Disamping itu kepribadian sering diartikan sebagai ciri-ciri yang menonjol pada diri individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “berkepribadian pemalu”. Kepada orang supel diberikan atribut “berkepribadian supel” dan kepada orang yang plin-plan, pengecut, dan semacamnya diberikan atribut “tidak punya kepribadian”

    Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang di dalamnya mencakup :

    Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.

    Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.

    Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.

    Stabilitas emosi yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa

    Responsibilitas (tanggung jawab) adalah kesiapan untuk menerima risiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima risiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari risiko yang dihadapi.

    Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti : sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

    Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang menunjukkan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat. Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak sehat, sebagai berikut :

    Kepribadian yang sehat

    Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.

    Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.

    Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik.

    Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.

    Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.

    Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak)

    Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.

    Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.

    Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.

    Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.

    Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang).

    Kepribadian yang tidak sehat

    Mudah marah (tersinggung)

    Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan

    Sering merasa tertekan (stress atau depresi)

    Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang

    Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum

    Kebiasaan berbohong Hiperaktif

    Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas

    Senang mengkritik/mencemooh orang lain

    Sulit tidur

    Kurang memiliki rasa tanggung jawab

    Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis)

    Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama

    Pesimis dalam menghadapi kehidupan

    Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan

    sumber : lombokbaratkab.go.id

    Apakah Anda ingin melihat jawaban atau lebih?
    Muhammad 18 day ago
    4

    Guys, ada yang tau jawabannya?

    Klik untuk menjawab