jika Anda ingin menghapus artikel dari situs, hubungi kami dari atas.

    perjuangan mengusir penjajah sudah dimulai pada masa kesultanan-kesultanan islam salah satunya adalah sultan agung hanyokrokusumo yang berasal dari kesultanan

    Muhammad

    Guys, ada yang tau jawabannya?

    dapatkan perjuangan mengusir penjajah sudah dimulai pada masa kesultanan-kesultanan islam salah satunya adalah sultan agung hanyokrokusumo yang berasal dari kesultanan dari situs web ini.

    Sultan Agung dari Mataram

    Sultan Agung dari Mataram

    Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

    Untuk film, lihat Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta.

    Anyakrakusuma ꦲꦚꦏꦿꦏꦸꦱꦸꦩ

    Potret anumerta Sultan Agung

    Sultan Mataram ke-3

    Berkuasa 1613–1645 (32 tahun berkuasa)

    Naik takhta 1613; 409 tahun lalu

    Menggantikan Pangeran Martapura

    Penerus Amangkurat I

    Informasi pribadi

    Kelahiran Raden Mas Jatmika

    1593 Kutagede, Mataram Kematian 1645 Karta, Mataram

    Pemakaman Astana Kasultan Agungan

    Wangsa Mataram Nama takhta Nama anumerta

    Sultan Abdullah Muhammad Maulana Matarani al-Jawi

    Ayah Anyakrawati

    Ibu Dyah Banawati (Ratu Mas Adi)

    Permaisuri Ratu Kulon (pertama)

    Ratu Wetan (kedua)

    Bahasa Jawa ꦲꦚꦏꦿꦏꦸꦱꦸꦩ

    Agama Islam

    Pahlawan Nasional Indonesia

    S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975.

    Perangko Republik Indonesia cetakan tahun 2006 edisi Sultan Agung.

    Sultan Agung dari Mataram (Jawa: ꦱꦸꦭ꧀ꦠꦤ꧀ꦲꦒꦸꦁꦲꦢꦶꦥꦿꦧꦸꦲꦚꦏꦿꦏꦸꦱꦸꦩ, translit. ; lahir di Kutagede, Mataram, 1593 – meninggal di Karta, Mataram, 1645) adalah sultan Mataram ketiga yang memerintah dari tahun 1613-1645. Seorang sekaligus (panglima perang) yang terampil ia membangun negerinya dan mengkonsolidasikan kesultanannya menjadi kekuatan teritorial dan militer yang besar.

    atau (secara harfiah, atau ) adalah sebutan gelar dari sejumlah besar literatur yang meriwayatkan karena warisannya sebagai raja Jawa, pejuang, budayawan dan filsuf peletak pondasi Kajawen. Keberadaannya mempengaruhi dalam kerangka budaya Jawa dan menjadi pengetahuan kolektif bersama. Sastra Belanda menulis namanya sebagai (secara harfiah, ).

    Atas jasa-jasanya sebagai pejuang dan budayawan, Sultan Agung telah ditetapkan menjadi pahlawan nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975.[1]

    Silsilah[sunting | sunting sumber]

    Nama asli dari Sultan Agung adalah Raden Mas Jatmika. Selain itu, ia juga dikenal dengan nama Raden Mas Rangsang. Dia adalah putra dari Susuhunan Anyakrawati dan Ratu Mas Adi Dyah Banawati. Ayahnya adalah raja kedua dari Kesultanan Mataram. Sedangkan ibunya adalah putri dari Pangeran Benawa, raja terakhir dari Kesultanan Pajang.[2]

    Versi lain mengatakan bahwa Sultan Agung adalah putra Raden Mas Damar (Pangeran Purbaya), cucu Ki Ageng Giring. Dikatakan bahwa Pangeran Purbaya menukar bayi yang dilahirkan oleh istrinya dengan bayi yang dilahirkan oleh Dyah Banawati. Versi ini adalah pendapat minoritas yang kebenarannya harus dibuktikan.

    Sultan Agung memiliki dua permaisuri utama yang merupakan tradisi Kesultanan Mataram. Kedua permaisuri ini disebut Ratu Kulon dan Ratu Wetan. Ratu Kulon merupakan putri dari sultan Kesultanan Cirebon. Sedangkan Ratu Wetan merupakan putri dari Adipati Batang sekaligus cucu Ki Juru Martani.[3] Nama asli Ratu Kulon adalah Ratu Mas Tinumpak. Ia melahirkan Raden Mas Syahwawrat yang dikenal sebagai Pangeran Alit. Sedangkan nama asli dari Ratu Wetan adalah Ratu Ayu Batang. Ia melahirkan Raden Mas Sayyidin yang dikenal sebagai Amangkurat I.[]

    Dari permaisurinya, Sultan Agung memiliki 9 anak :[]

    Raden Mas Syahwawrat alias Pangeran Alit

    Raden Mas Kasim alias Pangeran Demang Tanpa Nangkil

    Pangeran Rangga Kajiwan

    Raden Bagus Rinangku

    GRAy. Winongan

    Pangeran Ngabehi Loring Pasar

    Raden Mas Sayyidin alias Pangeran Arya Mataram (kemudian bergelar Amangkurat I)

    GRAy. Wiramantri

    Raden Mas Alit alias Pangeran Danupaya

    Gelar[sunting | sunting sumber]

    Susuhunan[sunting | sunting sumber]

    Di awal pemerintahannya, Raden Mas Jatmika bergelar Susuhunan Anyakrakusuma dan dikenal juga sebagai Prabu Pandita Anyakrakusuma. Setelah menaklukkan Madura pada tahun 1624, ia mengubah gelarnya sebagai atau . Gelar sultan, baru didapatkan Sunan Agung ketika ia mengirim utusannya kepada syarif Makkah.[4]

    Sultan[sunting | sunting sumber]

    Karena keberhasilanya dalam menaklukan banyak wilayah dan memenangkan pertempuran. Sunan Agung melakukan langkah simbolisnya yaitu mengirim utusan ke Makkah untuk meminta gelar sultan. Ia tak mau kalah dengan pesaingnya. Pangeran Ratu dari Banten, raja pertama di Jawa yang menerima gelar sultan dari Makkah bergelar Sultan Abulmafakir Mahmud Abdulkadir.

    Pada 1641, utusan Sunan Agung tiba di Mataram, mereka menganugrahkan gelar sultan melalui perwakilan syarif Makkah, Zaid ibnu Muhsin Al Hasyimi. Gelar tersebut adalah ,[5][4] disertai kuluk untuk mahkotanya, bendera, pataka, dan sebuah guci yang berisi air zamzam. Guci yang dulunya berisi air zamzam itu kini ada di makam Astana Kasultanagungan di Imogiri dengan nama Enceh Kyai Mendung.

    Gelar sultan hanya digunakan selama empat tahun (1641-1645), dimulai semenjak Sultan Agung menerima gelar tersebut dari 1641 hingga wafat pada 1645. Ia menjadi satu-satunya raja Mataram yang bergelar sultan. Setelah ia mangkat penerusnya kembali bergelar susuhunan.

    Pemerintahan[sunting | sunting sumber]

    sumber : id.wikipedia.org

    Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta

    Selamat Datang di Website Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta

    Minggu, 12 Maret 2023 / 15:55:36 WIB

    INFO

    Selamat Datang Di Website Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta

    SULTAN AGUNG

    282.173x

    Gambar 01. Sultan Agung Hanyokrokusumo

    Sultan Agung Hanyokrokusumo (1593 - 1645) adalah raja Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645. Nama aslinya adalah Raden Mas Jatmika, atau terkenal pula dengan sebutan Raden Mas Rangsang. Sultan Agung merupakan putra dari pasangan Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati. Sultan Agung naik takhta pada tahun 1613 dalam usia 20 tahun.

    Sultan Agung dikenal sebagai salah satu raja yang berhasil membawa kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaan pada 1627, tepatnya setelah empat belas tahun Sultan Agung memimpin kerajaan Mataram Islam. Pada masa pemerintahan Sultan Agung daerah pesisir seperi Surabaya dan Madura berhasil ditaklukan. Pada kurun waktu 1613 sampai 1645 wilayah kekuasaan Mataram Islam meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian Jawa Barat. Kehadiran Sultan Agung sebagai penguasa tertinggi, membawa Kerajaan Mataram Islam kepada peradaban kebudayaan pada tingkat yeng lebih tinggi. Sultan Agung memiliki berbagai keahlian baik dalam bidang militer, politik, ekonomi, sosial dan budaya,yang menjadikan peradaban kerajaan Mataram pada tingkat yang lebih tinggi.

    Gambar 02. Wilayah Kekuasaan Kerajaan Mataram Islam

    Sultan Agung  merupakan penguasa lokal pertama yang secara besar-besaran melakukan perlawanan dengan Belanda yang kala itu hadir lewat kongsi dagang VOC (Vereenigde Ooos Indische Compagnie). Perlawanan Sultan Agung terhadap VOC di Batavia dilakukan pada tahun 1628 dan 1629. Perlawanan tersebut disebabkan karena Sulan Agung menyadari bahwa kehadiran VOC di Batavia dapat membahayakan hegemoni kekuasaan Mataram Islam di Pulau Jawa. Kekuasaan Mataram Islam pada waktu itu meliputi hampir seluruh Jawa dari Pasuruan sampai Cirebon. Sementara itu VOC telah menguasai beberapa wilayah seperti di Batavia. Selain itu, kehadiran VOC akan menghambat penyebaran agama Islam di Jawa yang dilakukan Sultan Agung. Sultan Agung memiliki prinsip untuk tidak penah bersedia berkompromi dengan VOC maupun penjajah lainnya. Namun serangan Mataram Islam terhadap VOC yang berkedudukan di Batavia mengalami kegagalan disebabkan tentara VOC membakar lumbung persediaan makanan pasukan kerajaan Mataram Islam pada saat itu.

    Di samping dalam bidang politik dan militer, Sulan Agung juga mencurahkan perhatiannya pada bidang ekonomi dan kebudayaan. Upaya yang dilakukan Sultan Agung antara lain memindahkan penduduk Jawa Tengah ke Karawang, Jawa Barat, di mana terdapat sawah dan ladang yang luas dan subur. Sultan Agung juga meneruskan pendahulunya untuk meletakan dasar perkembangan Mataram Islam dengan memberikan pengajaran dan pendidikan kepada rakyat Mataram Islam sehingga pada masa pemerintahannya, menempatkan ulama dengan kedudukan terhormat, yaitu sebagai pejabat anggota Dewan Parampara (Penasihat tinggi kerajaan). Disampning itu dalam struktur pemerintahan kerajaan didirikan Lembaga Mahkamah Agama Islam, dan gela raja-raja di Mataram Islam meliputi raja Pandita, artinya disamping sebagai penguasa, raja juga sebagai kepala pemerintahan dan kepala agama (Islam)

    Selain itu Sultan Agung juga berusaha menyesuaikan unsur-unsur kebudayaan Indonesia asli dengan Hindu dan Islam. Misalnya grebeg disesuaikan dengan hari raya Idul Fitri dan kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang saat ini dikenal sebagai garebeg Puasa dan Grebeg Maulud. Selain itu Sultan Agung juga mengenalkan penanggalan tahun saka dan kitab filsafat Sastra Gendhing. Adapun keberhasilan Sultan Agung dalam bdang kebudayaan yaitu dapat mengubah perhitungan peredaran Matahari ke perhitungan peredaran bulan, sehingga dianggap telah menuliskan tinta emas pada masa pemerintahannya. Berkat usaha yang dilakukan oleh Sultan Agung dalam memajukan agama dan kebudayaan Islam, ia memperoleh gelar Susuhunan (Sunan) yang selama ini diberikan kepada Wali.

    Gambar 02. Grebeg Maulud

    Di lingkungan keraton Mataram Islam, Sultan Agung menetapkan pemakaian bahasa Bagongan yang harus dipakai oleh para bangsawan dan pejabat demi untuk menghilangkan kesenjangan satu sama lain. Kebijakan ini diharapkan dapat terciptanya rasa persatuan di antara penghuni istana. Menjelang tahun 1645 Sultan Agung merasa ajalnya sudah dekat. Dia membangun Astana Imogiri sebagai pusat pemakaman keluarga raja-raja Kesultanan Mataram mulai dari dirinya. Sultan juga menuliskan serat Sastra Gending sebagai tuntunan hidup trah Mataram. Sesuai dengan wasiatnya, Sultan Agung yang meninggal dunia tahun 1645 digantikan oleh putranya yang bernama Raden Mas Sayidin sebagai raja Mataram.

    Gambar 03. Astana Imogiri

    Sumber Referensi:

    De Graaf. 1985.  Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Jakarta: Temprint.

    De Graaf. 1986. Puncak Kekuasaan Mataram. Jakarta: Pustaka Grafiti Pers.

    sumber : kebudayaan.jogjakota.go.id

    2 perjuangan yang dilakukan oleh sultan agung hanyokrokusumo

    2 perjuangan yang dilakukan oleh sultan agung hanyokrokusumo - 13289699

    !function(a,b,c,d,e){a.ddCaptchaOptions=e||null;var m=b.createElement(c),n=b.getElementsByTagName(c)[0];m.async=0,m.src=d,n.parentNode.insertBefore(m,n)}(window,document,"script","https://js.captcha-display.com/xhr_tag.js", {ajaxListenerPath: ["brainly.co.id/api", "brainly.co.id/graphql", "api-textbook-solutions.brainly.com", "question-matching-textbook-solutions.brainly.com"], withCredentials: true, sessionByHeader: true, overrideAbortFetch: true, allowHtmlContentTypeOnCaptcha: true });

    2 perjuangan yang dilakukan oleh sultan agung hanyokrokusumo - Brainly.co.id

    sumber : brainly.co.id

    Apakah Anda ingin melihat jawaban atau lebih?
    Muhammad 15 day ago
    4

    Guys, ada yang tau jawabannya?

    Klik untuk menjawab