jika Anda ingin menghapus artikel dari situs, hubungi kami dari atas.

    persaudaraan yang tumbuh dan berkembang atas dasar rasa kemanusiaan yang bersifat universal, menjalin hubungan antar sesama umat manusia se-dunia tanpa melihat batas wilayah, kebangsaan, perbedaan ras, bahasa, agama, mapun lainnya dinamakan

    Muhammad

    Guys, ada yang tau jawabannya?

    dapatkan persaudaraan yang tumbuh dan berkembang atas dasar rasa kemanusiaan yang bersifat universal, menjalin hubungan antar sesama umat manusia se-dunia tanpa melihat batas wilayah, kebangsaan, perbedaan ras, bahasa, agama, mapun lainnya dinamakan dari situs web ini.

    Jaga tiga ukhuwah dalam kehidupan bermasyarakat – Kementerian Agama

    Rembang—Islam rahmatan lil ‘alamin adalah Islam yang membawa perdamaian bagi seluruh umat manusia. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, setidaknya

    Beranda Penyelenggara Haji Dan Umroh

    Jaga tiga ukhuwah dalam kehidupan bermasyarakat

    oleh admin Februari 10, 2017 Durasi Membaca: 1 Menit

    A A

    5.1k TAMPIL Share on Facebook Share on Twitter

    Rembang—Islam rahmatan lil ‘alamin adalah Islam yang membawa perdamaian bagi seluruh umat manusia. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, setidaknya ada tiga ukhuwah yang harus dijaga, yaitu ukhuwah islamiyah, ukhuwah basyariyah, dan ukhuwah wathoniyah.

    Demikian dikemukakan oleh Kasi PAIS, Ruchbah dalam seminar Wawasan Penguatan Islam Rahmatan Lil ‘Alamin yang diadakan oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rembang, Selasa (7/2) di Hotel Kencana.

    Dikatakan Ruchbah, ukhuwah Islamiyah berarti hubungan dengan sesama muslim yang didasari dengan persaudaraan yang islami. Sementara ukhuwah basyariyah adalah hubungan dengan sesama manusia yang harus terjaga baik dengan latar belakang agama, suku, ras, dan golongan yang berbeda. “Sementara ukhuwah wathoniyah berarti hubungan/kerjasama antar bangsa mesti dijalin sebaik mungkin dalam rangka menuju perdamaian dan kesejahteraan dunia tanta membedakan latar belakang agama bangsa tersebut,” terang Ruchbah.

    Sementara untuk menyikapi berbagai perbedaan dalam bermasyarakat, generasi muda harus mengedepankan tiga prinsip, yaitu At-Tawaassuth [sikap tengah-tengah] menempatkan diri ditengah-tengah  yakni tidak ekstrem kanan maupun ekstrem kiri. Kedua, At-Tawaazun [seimbang dalam segala hal] termasuk menggunakan dalil aqli dan dalil naqli,khidmat kepada Allah dan khidmat kepada sesama manusia. “Dan ketiga yaitu At-Tasaamuh [toleran, mudah, luwes dan lembut] yakni menghargai perbedaan serta menghormati orang yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama [bukan berarti mengakui atau membenarkan keyakinan yang berbeda,” terangnya lanjut.

    Narasumber lainnya, yaitu Kasat Res Narkoba Polres Rembang, AKP Bambang Sugito. Dipaparkannya, generasi muda harus sebisa mungkin menghindarkan diri dari bahaya narkoba. “Hal ini demi menjaga keberlangsungan masa depan kalian, dan juga keberlangsungan pembangunan bangsa,” tandas di hadapan puluhan siswa SMA/SMK.—Shofatus s.

    Share Tweet Send Artikel Sebelumnya

    Ukur KIBLAT di Masjid Muhammadiyah Pamotan

    Artikel Selanjutnya

    Kemenag minta KUA sosialisasikan aturan haji ke masyarakat

    Artikel Terkait

    BERITA

    Calon Haji Diminta Tidak Buru-Buru Tarik Dana Setoran Awal Haji

    OLEH ADMINWEB27 OKT 20220

    Rembang – Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rembang, H. M. Fatah meminta masyarakat untuk tidak buru-buru menarik dana Setoran Awal...

    SELANJUTNYA

    Calhaj Antusias Ikuti Manasik Haji

    05 JUN 2022

    Penanganan Siswa RA yang Tepat akan Lahirkan Generasi Hebat

    18 MEI 2022

    Simulasi KSNK 2022 di MAN 1 Rembang Berjalan Lancar

    18 MEI 2022

    MTs Negeri 2 Rembang Bekali Siswa Keterampilan Menjahit

    17 MEI 2022

    Apel Penghormatan Bendera Pupuk Jiwa Patriotisme

    17 MEI 2022

    Kategori

    Kategori

    Berita Informasi Penting

    Pembimbing Masyarakan Hindu

    Pembimbing Masyarakan Kristen

    Pembimbing Masyarakat Buddha

    Pembimbing Masyarakat Katolik

    Pendidikan Agama Islam

    Pendidikan Diniyah Dan Pondok Pesantren

    Pendidikan Madrasah

    Penerangan Agama Islam Zakat Dan Wakaf

    Penyelenggara Haji Dan Umroh

    Profil Slide Tanpa Kategori

    Urusan Agama Islam Dan Pembinaan Syariah

    © 2022 Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rembang

    sumber : rembang.kemenag.go.id

    3 Konsep Persaudaraan

    Lawan kita bukanlah orang yang beragama lain, melainkan orang yang bertindak zalim dan tidak adil, apa pun agamanya.

    Home > News

    3 Konsep Persaudaraan

    Rabu, 9 Juli 2014 | 04:41 WIB

    Oleh : / AB

    Kiai Maman Imanulhaq, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Mizan Jatiwangi, Majalengka (Foto: Istimewa)

    Oleh: Kiai Maman Imanulhaq"Kibarkan panji cinta sejati dan persaudaraan abadi."

    Advertisement

    Seorang ulama dari Jawa Timur yang juga mantan Rais Aam PB Nahdlatul Ulama, KH Ahmad Shiddiq, suatu ketika pernah menyitir konsep ukhuwah (persaudaraan). Menurutnya, ada tiga macam ukhuwah, yaitu ukhuwah Islamiyah (persaudaraan umat Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan bangsa), dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan umat manusia). Ukhuwah basyariyah bisa juga disebut ukhuwah insaniyah.

    Pada konsep ukhuwah Islamiyah, seseorang merasa saling bersaudara satu sama lain karena sama-sama memeluk agama Islam. Umat Islam yang dimaksudkan bisa berada di belahan dunia mana pun. Dalam konsep ukhuwah wathaniyah, seseorang merasa saling bersaudara satu sama lain karena merupakan bagian dari bangsa yang satu, misalnya bangsa Indonesia. Ukhuwah model ini tidak dibatasi oleh sekat-sekat primordial seperti agama, suku, jenis kelamin, dan sebagainya. Adapun, dalam konsep ukhuwah basyariyah, seseorang merasa saling bersaudara satu sama lain karena merupakan bagian dari umat manusia yang satu yang menyebar di berbagai penjuru dunia. Dalam konteks ini, semua umat manusia sama-sama merupakan makhluk ciptaan Tuhan.

    Hampir sama dengan ukhuwah wathaniyah, ukhuwah basyariyah juga tidak dibatasi oleh baju luar dan sekat-sekat primordial seperti agama, suku, ras, bahasa, jenis kelamin, dan sebagainya. Menurut hemat saya, ukhuwah basyariyah merupakan level ukhuwah yang tertinggi dan mengatasi dua ukhuwah lainnya: Islamiyah dan wathaniyah. Artinya, setelah menapaki ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathaniyah, sudah sepatutnya seseorang menggapai ukhuwah yang lebih tinggi, lebih mendalam, dan lebih mendasar, yaitu ukhuwah basyariyah.

    Dengan semangat ukhuwah basyariyah, seseorang melihat orang lain terutama sebagai sesama manusia, bukan apa agamanya, sukunya, bangsanya, golongannya, identitasnya, dan baju-baju luar lainnya. Kita mau menolong seseorang yang membutuhkan pertolongan bukan karena dia seagama, sesuku, atau sebangsa dengan kita misalnya, melainkan karena memang dia seorang manusia yang berada dalam kesulitan dan sudah seharusnya kita tolong, apa pun agama dan sukunya.

    Dalam ukhuwah basyariyah, seseorang merasa menjadi bagian dari umat manusia yang satu: jika seorang manusia “dilukai”, maka lukalah seluruh umat manusia. Hal ini sesuai dengan pesan Alquran dalam surah Al-Mâ’idah [5] Ayat 32: barang siapa membunuh seorang manusia tanpa alasan yang kuat, maka dia bagaikan telah membunuh seluruh umat manusia. Sebaliknya, barang siapa menolong seseorang, maka ia telah menolong seluruh manusia.

    Betapa sangat indah, kuat, dan mendalamnya pesan yang disampaikan ayat Alquran di atas. Kemudian, apakah ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathaniyah--yang masih mempertimbangkan dan mementingkan identitas formal dan baju luar seseorang--lantas tidak diperlukan lagi? Tentu saja keduanya masih dibutuhkan. Tetapi, seseorang perlu berhati-hati, jangan sampai ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathaniyah yang diekspresikannya terjatuh pada apa yang bisa diistilahkan sebagai “fanatisme” (juga “nasionalisme”) yang sempit dan picik.

    Dalam konteks itu, misalnya, seseorang mau menolong dan mau berteman dengan orang lain karena faktor agamanya dan kebangsaannya belaka. Seseorang yang beragama Islam hanya mau “bersentuhan” dengan seseorang yang beragama Islam juga. Atau lebih sempit lagi hanya mau “bersentuhan” dengan seseorang yang sealiran/semazhab dan segolongan belaka. Seseorang juga hanya mau “bersentuhan” dan bekerja sama dengan seseorang yang secara formal diidentifikasi sebagai bangsa Indonesia.

    Ukhuwah wathaniyah yang sempit juga bisa terjatuh pada apologi dan pembelaan seseorang yang tidak proporsional bagi bangsanya. Padahal, kalau bangsa kita salah dan berbuat jahat (misalnya mangagresi dan menjajah negara lain), maka menjadi kewajiban dari warganyalah untuk mengkritik, menyalahkan, dan meluruskannya. Meskipun agama, mazhab, dan kebangsaannya sama dengan kita, jika seseorang berbuat salah dan zalim, harus kita kritik dan tunjukkan kesalahannya secara lugas, jujur, dan tegas.

    Dalam kasus lain, kadang ada ukhuwah Islamiyah yang dipahami secara sempit dan picik yang lantas menggerakkan seseorang untuk menempatkan para pemeluk agama di luar Islam sebagai saingan bahkan musuh yang layak diserang dan dibinasakan. Ukhuwah Islamiyah yang seperti ini tentu saja kontraproduktif karena diekspresikan secara fanatik dan dogmatik.

    Sebagaimana kita simak dalam lembar-lembar sejarah umat manusia, fanatisme dan dogmatisme atas nama apa pun (misalnya atas nama “agama” dan ”ideologi” tertentu) bisa sangat membahayakan karena memunculkan kekerasan dan destruktivitas. Yang terpenting dalam kehidupan seseorang bukanlah identitas formal semisal agama, suku, bangsa, dan seterusnya, melainkan apa yang dilakukannya. Hal yang dilakukan seseorang ini secara sederhana mungkin bisa diidentifikasi sebagai moralitas dan tindakan sosialnya.

    Seseorang (meskipun agama, keyakinan, suku, dan bangsanya sama dengan kita) sudah sepatutnya kita ingatkan, kita kritik, bahkan kita lawan jika apa yang diperbuatnya merugikan, menindas, dan menggerus hak orang lain. Dalam bahasa yang lain, apa yang merugikan, menindas, dan menggerus hak orang lain itu bisa diistilahkan sebagai tindakan jahat dan kriminal.

    sumber : www.beritasatu.com

    Pengertian Ukhuwah Islamiyah, Wathaniyah, dan Insaniyah dalam Islam

    Berikut adalah pengertian Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Wathaniyah, dan Ukhuwah Insaniyah dalam ajaran Islam.

    BerandaNews

    Pengertian Ukhuwah Islamiyah, Wathaniyah, dan Insaniyah dalam Islam

    Berita Hari Ini

    Menyajikan informasi terkini, terbaru dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle dan masih banyak lagi.

    Konten dari Pengguna

    16 Oktober 2020 17:54

    Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

    Perbesar

    Pengertian Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Wathaniyah, dan Ukhuwah Insaniyah. (Dok/Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

    Islam mengenal konsep persaudaraan yang dikenal dengan ukhuwah. Secara bahasa, ukhuwah berasal dari kata akha yang makna dasarnya berarti “memberi perhatian”. Arti akha kemudian berkembang menjadi saudara atau kawan.

    Karena adanya arti dasar "memperhatikan", maka ukhuwah dapat dimaknai sebagai konsep yang mengajarkan bahwa setiap orang yang bersaudara mengharuskan ada perhatian di antara mereka.

    Secara umum, ukhuwah dibedakan menjadi tiga, yakni Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Insaniyah, dan Ukhuwah Wathaniyah. Berikut ini adalah penjelasannya:

    Ukhuwah Islamiyah

    Ukhuwwah islâmiyyah mengandung arti persaudaraan yang bersifat keislaman atau persaudaraan antar sesama pemeluk Islam. Konsep ini mengajarkan bahwa setiap muslim merupakan saudara bagi muslim lainnya.

    Seorang muslim harus menganggap muslim lainnya sebagai saudaranya tanpa memandang latar belakang keturunan, kebangsaan, atau pertimbangan-pertimbangan lainnya.

    Ukhwah Wathaniyah

    Wathan artinya tanah air, tempat kelahiran, tanah tumpah darah, atau kampung halaman. Sehingga ukhuwah wathaniyah yakni saudara dalam arti sebangsa walaupun tidak seagama atau satu suku.

    Menurut M. Quraish Shihab dalam Wawasan Al-Quran, untuk memantapkan ukhuwah kebangsaan, Al-Quran menggarisbawahi bahwa perbedaan merupakaan keniscayaan. Seperti yang tercantum dalam Surat Al-Maidah ayat 48.

    “Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan".

    Adanya Piagam Madinah juga menjadi cerminan ukhuwah wathaniyah.

    Perbesar

    Ilustrasi persaudaraan. Foto: Pinterest

    Ukhuwah Insaniyah

    Insan berarti manusia. Maka, ukhuwah insâniyah merupakan persaudaraan yang cakupannya lebih luas, yaitu antarsesama umat manusia di seluruh dunia.

    Salah satu ayat yang menjadi dasar ukhuwah insaniyah adalah surat al-Hujurat ayat 11. Allah berfirman:

    “Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”.

    Ayat ini menekankan bahwa setiap manusia hendaknya tidak saling berburuk sangka dan membenci untuk memantapkan solidaritas kemanusiaan.

    (ERA) Islam Alquran · Laporkan tulisan Baca Lainnya

    Keutamaan Bersikap Lemah Lembut dalam Islam

    Kiriman Pengguna Hijab Lifestyle 0 13 Okt 2020

    Waktu Terbaik untuk Menikah Menurut Islam

    Kiriman Pengguna Hijab Lifestyle 0 4 Sep 2020

    Bagaimana Mahar yang Baik dalam Islam?

    Kiriman Pengguna Hijab Lifestyle 0 12 Sep 2020

    sumber : kumparan.com

    Apakah Anda ingin melihat jawaban atau lebih?
    Muhammad 16 day ago
    4

    Guys, ada yang tau jawabannya?

    Klik untuk menjawab