jika Anda ingin menghapus artikel dari situs, hubungi kami dari atas.

    salah satu pembaharuan pemikiran islam adalah pemurnian tauhid. ada tiga macam tauhid, yakni rububiyah, asma wa sifat, dan tauhid ilahiah. pemurnian tauhid ini ditujukan untuk memberantas tahayul, bidah, dan khurafat. pernyataan pembaharuan ini disampaikan oleh โ€ฆ.

    Muhammad

    Guys, ada yang tau jawabannya?

    dapatkan salah satu pembaharuan pemikiran islam adalah pemurnian tauhid. ada tiga macam tauhid, yakni rububiyah, asma wa sifat, dan tauhid ilahiah. pemurnian tauhid ini ditujukan untuk memberantas tahayul, bidah, dan khurafat. pernyataan pembaharuan ini disampaikan oleh โ€ฆ. dari situs web ini.

    Agenda di Balik Pembagian Tiga Macam Tauhid ala Ibnu Taimiyah

    Sepintas, tak ada yang bermasalah dari klasifikasi ini. Namun, kalau hanya ajakan seperti ini tentu bukan hal baru sebab seluruh

    Agenda di Balik Pembagian Tiga Macam Tauhid ala Ibnu Taimiyah

    Abdul Wahab Ahmad Ahad, 7 Oktober 2018 | 09:00 WIB

    Pada abad ketujuh hijriah, Ibnu Taimiyah membuat sebuah konsep tauhid yang mempunyai beberapa konsekuensi sangat berat. Konsep yang ia karang dikenal dengan pembagian tauhid menjadi tiga macam, yakni rububiyah, uluhiyah dan al-asmรขโ€™ was-shifรขt. Sebelum era Ibnu Taimiyah, ketiga istilah ini sudah dikenal dan beredar luas, tetapi hanya sebagai istilah lepas yang mandiri, bukan sebagai istilah yang terintegrasi dalam sebuah konsep berjenjang tentang tauhid yang mempunyai beberapa agenda serius sebagaimana disebutkan nanti.

    Dalam perspektif Ibnu Taimiyah yang juga diamini sepenuhnya oleh para pengikutnya, Tauhid rububiyah sebagai jenjang pertama tauhid adalah keyakinan bahwa pencipta dan pengatur alam semesta hanyalah Allah saja. Dalam hal ini, diklaim bahwa seluruh golongan manusia sudah bertauhid. Ibnu Abdil Izz, salah satu pendukung fanatik Ibnu Taimiyah menjelaskan:

    ูˆูŽุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุงู„ุซู‘ูŽุงู†ููŠ: ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุชูŽูˆู’ุญููŠุฏู ุงู„ุฑู‘ูุจููˆุจููŠู‘ูŽุฉูุŒ ูƒูŽุงู„ู’ุฅูู‚ู’ุฑูŽุงุฑู ุจูุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ุฎูŽุงู„ูู‚ู ูƒูู„ู‘ู ุดูŽูŠู’ุกูุŒ ูˆูŽุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ู„ูู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ู ุตูŽุงู†ูุนูŽุงู†ู ู…ูุชูŽูƒูŽุงููุฆูŽุงู†ู ูููŠ ุงู„ุตู‘ูููŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽูู’ุนูŽุงู„ูุŒ ูˆูŽู‡ูŽุฐูŽุง ุงู„ุชู‘ูŽูˆู’ุญููŠุฏู ุญูŽู‚ู‘ูŒ ู„ูŽุง ุฑูŽูŠู’ุจูŽ ูููŠู‡ูุŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุบูŽุงูŠูŽุฉู ุนูู†ู’ุฏูŽ ูƒูŽุซููŠุฑู ู…ูู†ู’ ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ู†ู‘ูŽุธูŽุฑู ูˆูŽุงู„ู’ูƒูŽู„ูŽุงู…ู ูˆูŽุทูŽุงุฆูููŽุฉู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุตู‘ููˆูููŠู‘ูŽุฉูุŒ ูˆูŽู‡ูŽุฐูŽุง ุงู„ุชู‘ูŽูˆู’ุญููŠุฏู ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุฐู’ู‡ูŽุจู’ ุฅูู„ูŽู‰ ู†ูŽู‚ููŠุถูู‡ู ุทูŽุงุฆูููŽุฉูŒ ู…ูŽุนู’ุฑููˆููŽุฉูŒ ู…ูู†ู’ ุจูŽู†ููŠ ุขุฏูŽู…ูŽุŒ ุจูŽู„ู ุงู„ู’ู‚ูู„ููˆุจู ู…ูŽูู’ุทููˆุฑูŽุฉูŒ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุฅูู‚ู’ุฑูŽุงุฑู ุจูู‡ู ุฃูŽุนู’ุธูŽู…ูŽ ู…ูู†ู’ ูƒูŽูˆู’ู†ูู‡ูŽุง ู…ูŽูู’ุทููˆุฑูŽุฉู‹ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุฅูู‚ู’ุฑูŽุงุฑู ุจูุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูŽูˆู’ุฌููˆุฏูŽุงุชู

    โ€œYang kedua adalah tauhid rububiyah, seperti pengakuan bahwasanya Allah adalah pencipta segala sesuatu dan bahwasanya alam semesta tidak mempunyai dua pencipta yang setara dalam sifat dan perbuatannya. Tauhid ini adalah benar tanpa diragukan lagi. Ia adalah puncak menurut banyak pemikir dan ahli kalam serta segolongan Sufi. Tauhid jenis ini tidak ditentang oleh kelompok Bani Adam mana pun yang dikenal, tetapi sudah ada fitrah dalam hati untuk mengakuinya lebih besar dari fitrah untuk mengakui seluruh eksistensi lain.โ€ (Ibnu Abdil Izz, Syarh at-Thahawiyah, 79)

    Lebih lanjut, Ibnu Abdil Izz mengklaim bahwa seluruh kaum musyrik non-Muslim tak ada yang meyakini Tuhan mereka sebagai sekutu Allah dalam menciptakan alam semesta. Dia berkata:

    ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽูƒููˆู†ููˆุง ูŠูŽุนู’ุชูŽู‚ูุฏููˆู†ูŽ ูููŠ ุงู„ู’ุฃูŽุตู’ู†ูŽุงู…ู ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ูŽุง ู…ูุดูŽุงุฑููƒูŽุฉูŒ ู„ูู„ู‘ูŽู‡ู ูููŠ ุฎูŽู„ู’ู‚ู ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ูุŒ ุจูŽู„ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ุญูŽุงู„ูู‡ูู…ู’ ูููŠู‡ูŽุง ูƒูŽุญูŽุงู„ู ุฃูŽู…ู’ุซูŽุงู„ูู‡ูู…ู’ ู…ูู†ู’ ู…ูุดู’ุฑููƒููŠ ุงู„ู’ุฃูู…ูŽู…ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู‡ูู†ู’ุฏู ูˆูŽุงู„ุชู‘ูุฑู’ูƒู ูˆูŽุงู„ู’ุจูŽุฑู’ุจูŽุฑู ูˆูŽุบูŽูŠู’ุฑูู‡ูู…ู’

    โ€œMereka (kaum musyrik jahiliyah) tidak meyakini bahwa berhala-berhala mereka adalah sekutu Allah dalam penciptaan Alam semesta, tetapi keyakinan mereka sama seperti keyakinan kaum musyrik lain dari berbagai umat, dari India, Turki, Barbar dan selainnya.โ€ (Ibnu Abdil Izz, Syarh at-Thahawiyah, 81)

    Sedangkan tauhid uluhiyah, sebagai jenjang kedua, menurut mereka adalah ajaran untuk menyembah Allah semata, berdoa kepada Allah semata, mencintai Allah semata dan seterusnya. Tauhid jenis ini yang dianggap sebagai misi utama Rasulullah, bukan tauhid rububiyah yang memang sudah diakui. Ibnu Taimiyah mengatakan:

    ูˆูŽุฅูู†ู‘ูŽู…ูŽุง ุงู„ุชู‘ูŽูˆู’ุญููŠุฏู ุงู„ู‘ูŽุฐููŠ ุฃูŽู…ูŽุฑูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุจูู‡ู ุงู„ู’ุนูุจูŽุงุฏูŽ ู‡ููˆูŽ ุชูŽูˆู’ุญููŠุฏู ุงู„ู’ุฃูู„ููˆู‡ููŠู‘ูŽุฉูุŒ ุงู„ู’ู…ูุชูŽุถูŽู…ู‘ูู†ู ู„ูุชูŽูˆู’ุญููŠุฏู ุงู„ุฑู‘ูุจููˆุจููŠู‘ูŽุฉูุŒ ุจูุฃูŽู†ู’ ูŠูุนู’ุจูŽุฏูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ูˆูŽุญู’ุฏูŽู‡ู ู„ูŽุง ูŠูุดู’ุฑููƒููˆู†ูŽ ุจูู‡ู ุดูŽูŠู’ุฆู‹ุงุŒ  ููŽูŠูŽูƒููˆู†ู ุงู„ุฏู‘ููŠู†ู ูƒูู„ู‘ูู‡ู ู„ูู„ู‘ูŽู‡ูุŒ ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูุฎูŽุงูู ุฅูู„ู‘ูŽุง ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูุŒ ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูุฏู’ุนูŽู‰ ุฅูู„ู‘ูŽุง ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูุŒ ูˆูŽูŠูŽูƒููˆู†ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุฃูŽุญูŽุจู‘ูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุนูŽุจู’ุฏู ู…ูู†ู’ ูƒูู„ู‘ู ุดูŽูŠู’ุกูุŒ ููŽูŠูุญูุจู‘ููˆู†ูŽ ู„ูู„ู‘ูŽู‡ูุŒ ูˆูŽูŠูุจู’ุบูุถููˆู†ูŽ ู„ูู„ู‘ูŽู‡ูุŒ ูˆูŽูŠูŽุนู’ุจูุฏููˆู†ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ูˆูŽูŠูŽุชูŽูˆูŽูƒู‘ูŽู„ููˆู†ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู

    โ€œSesungguhnya tauhid yang diperintahkan oleh Allah kepada para hamba-Nya hanyalah Tauhid Uluhiyah yang sudah mencakup tauhid rububiyah, dengan cara menyembah Allah tanpa menyekutukannya dengan sesuatu pun sehingga agama seluruhnya menjadi milik Allah, tak ditakuti selain Allah, tak diseru kecuali Allah, Allah menjadi yang paling dicintai dari apa pun sehingga cinta dan marah karena Allah, dan menyembah Allah dan pasrah terhadap Allah.โ€ (Ibnu Taimiyah, Minhรขj as-Sunnah, juz III, halaman 289-290)

    Sedangkan tauhid al-asmaโ€™ was-shifat mereka definisikan sebagai:

    ุชูˆุญูŠุฏ ุงู„ุฃุณู…ุงุก ูˆุงู„ุตูุงุช: ูˆู‡ูˆ ุงู„ุฅูŠู…ุงู† ุจูƒู„ ู…ุง ูˆุฑุฏ ููŠ ุงู„ู‚ุฑุขู† ุงู„ูƒุฑูŠู… ูˆุงู„ุฃุญุงุฏูŠุซ ุงู„ู†ุจูˆูŠุฉ ุงู„ุตุญูŠุญุฉ ู…ู† ุฃุณู…ุงุก ุงู„ู„ู‡ ูˆุตูุงุชู‡ ุงู„ุชูŠ ูˆุตู ุจู‡ุง ู†ูุณู‡ ุฃูˆ ูˆูŽุตูู‡ ุจู‡ุง ุฑุณูˆู„ู‡ ุนู„ู‰ ุงู„ุญู‚ูŠู‚ุฉ.

    โ€œTauhid al-Asmaโ€™ was-Shifat, yakni beriman pada semua yang ada dalam al-Qurโ€™an yang mulia dan hadits-hadits nabi yang sahih yang terdiri dari nama-nama Allah dan sifat-sifatnya yang disifati sendiri oleh Allah dan Rasul secara hakikat.โ€ (Syahatah Muhammad Saqar, Kasyf Syubahรขt as-Shรปfiyah, halaman 27).

    Sepintas, tak ada yang bermasalah dari klasifikasi ini. Inti dari kesemuanya adalah ajakan untuk menyembah Allah saja tanpa menyekutukan-Nya dengan apa pun dan ajakan untuk mengimani seluruh nama dan sifat Allah yang ada dalam Al-Qurโ€™an dan hadits shahih. Namun, kalau hanya ajakan seperti ini tentu bukan hal baru sebab seluruh kaum muslimin akan mengakuinya sebagai kebenaran. Yang menjadi objek sesungguhnya dari pembagian tauhid ini tak sesederhana itu, tetapi ada agenda tersembunyi di balik klasifikasi ini, yakni:

    1. Mengklaim bahwa mayoritas manusia, bahkan seluruhnya, sudah mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta dan pengurus alam semesta (rabb).

    sumber : islam.nu.or.id

    Pembagian Tauhid Menjadi Tiga, Ide Siapa? (Bag. 4)

    Benarkah bahwa pembagian tauhid menjadi tiga itu hanyalah sekedar kesepakatan sekelompok orang, bukan asli pembagian yang disebutkan dari syariat, sehingga tidak masalah jika ditambah lebih dari tiga?

    Pembagian Tauhid Menjadi Tiga, Ide Siapa? (Bag. 4)

    oleh dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D. 26 November 2018Waktu Baca: 5 menit

    113 SHARES 627 VIEWS Share on Facebook Share on Twitter

    Baca pembahasan sebelumnya Pembagian Tauhid Menjadi Tiga, Ide Siapa? (Bag. 3)

    Tauhid hakimiyyah, bagaimanakah posisinya?

    Sebagian orang zaman ini membagi tauhid menjadi empat macam, yaitu tauhid rububiyyah; tauhid uluhiyyah, tauhid al-asmaโ€™ wa ash-shifat, dan tauhid hakimiyyah (tauhid mulkiyyah). Mereka beralasan bahwa pembagian tauhid menjadi tiga itu hanyalah sekedar kesepakatan sekelompok orang (yaitu para ulama), bukan asli pembagian yang disebutkan dari syariat, sehingga tidak masalah jika ditambah lebih dari tiga.

    Maka kita katakan kepada mereka bahwa pembagian tauhid menjadi tiga itu tidaklah semata-mata kesepakatan para ulama. Akan tetapi, pembagian tersebut berdasarkan penelitian dan telaah terhadap dalil-dalil dari Al-Kitab dan As-Sunnah, sebagaimana yang telah kami bahas di seri sebelumnya. Para salaf ketika membagi tauhid menjadi tiga macam, mereka simpulkan macam-macam tauhid tersebut dari dalil-dalil Al-Kitab dan As-Sunnah.

    Adapun maka itu benar dan tidak salah. Karena wajib atas kita setiap muslim untuk menjadikan syariat Allah Taโ€™ala sebagai satu-satunya sumber hukum. Bahwa hukum itu hanya milik Allah Taโ€™ala, sehingga hanya hukum Allah Taโ€™ala yang wajib dilaksanakan dan ditaati oleh manusia, dan wajib berpaling dari semua hukum yang bertentangan dengan hukum Allah Taโ€™ala.

    Baca Juga: Bagaimana Membuktikan Kita Bertauhid Dengan Benar?

    Akan tetapi, hal ini telah masuk dalam tauhid rububiyyah atau tauhid uluhiyyah, jika dilihat dari dua tinjauan berikut ini:

    Tinjauan pertama, jika ditinjau dari bahwa Allah Taโ€™ala adalah satu-satunya Dzat yang berhak untuk membuat dan menetapkan hukum syariat, maka hal ini telah termasuk dalam makna tauhid rububiyyah. Hal ini karena di antara cakupan pengaturan alam semesta adalah Allah Taโ€™ala mengatur dengan hukum dan syariat-Nya, yaitu ini halal, itu haram, dan sebagainya.Tinjauan kedua, jika ditinjau dari sisi bahwa seorang hamba wajib beribadah kepada Allah Taโ€™ala dengan melaksanakan ketaatan terhadap semua syariat dan hukum Allah Taโ€™ala, maka hal ini termasuk dalam cakupan tauhid uluhiyyah. Karena di antara bentuk ibadah adalah menjadikan hukum Allah Taโ€™ala sebagai hukum yang mengatur kehidupan kita.

    Syaikh Shalih bin โ€˜Abdul โ€˜Aziz Alu Syaikh berkata,

    โ€œTauhid hakimiyyah itu tercakup bisa jadi dalam tauhid rububiyyah, atau dalam tauhid uluhiyyah, atau tercakup dalam dua-duanya sekaligus. Karena Allah Taโ€™ala menjadikan hukum itu milik-Nya, sebagaimana firman-Nya,

    ุฅูู†ู ุงู„ู’ุญููƒู’ู…ู ุฅูู„ู‘ูŽุง ู„ูู„ู‘ูŽู‡ู

    โ€œMenetapkan hukum itu hanyalah hak Allah.โ€ (QS. Al-Anโ€™am [6]: 57)

    ูˆูŽู…ูŽุง ุงุฎู’ุชูŽู„ูŽูู’ุชูู…ู’ ูููŠู‡ู ู…ูู†ู’ ุดูŽูŠู’ุกู ููŽุญููƒู’ู…ูู‡ู ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู

    โ€œTentang sesuatu apa pun kamu berselisih, maka putusannya (terserah) kepada Allah.โ€ (QS. Asy-Syuura [42]: 10)

    ููŽุงู„ู’ุญููƒู’ู…ู ู„ูู„ู‘ูŽู‡ู ุงู„ู’ุนูŽู„ููŠู‘ู ุงู„ู’ูƒูŽุจููŠุฑู

    โ€œMaka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah yang Maha Tinggi lagi Maha besar.โ€ (QS. Ghaafir [40]: 12)

    Adapun hakimiyyah ditinjau dari sisi kewajiban manusia, maka ini termasuk pebuatan hamba. Sedangkan semua perbuatan hamba termasuk dalam tauhid uluhiyyah.โ€ (hal. 19-20) [1]

    Baca Juga: Inilah Nikmat Tauhid dan Akidah

    Oleh karena itu, makna โ€œhakimiyyahโ€ sebagaimana yang mereka maksud adalah makna yang benar, tidak salah sama sekali. Karena wajib bagi kita untuk berhukum dengan syariat Allah Taโ€™ala. Akan tetapi, kandungan maknanya sudah tercakup dalam tauhid uluhiyyah, menurut salah satu sudut pandang. Para ulama salaf tidaklah menihilkan tauhid hakimiyyah, sehingga orang-orang di zaman sekarang ini merasa perlu menambahkan jenis tauhid yang ke empat, yaitu tauhid hakimiyyah. Menurut para salaf, tauhid hakimiyyah itu sudah termasuk dalam tauhid uluhiyyah, sehingga tidak perlu disendirikan secara khusus.

    Jika motivasi menjadikan hakimiyyah sebagai tauhid tersendiri adalah karena melihat realita keumatan yang meremehkan dan melalaikan masalah berhukum dengan hukum Allah, maka pola pikir dan argumentasi seperti ini tidaklah tepat. Karena konsekuensinya, kita pun akan merasa perlu membuat jenis tauhid baru, misalnya tauhid shalat, karena melihat realita umat yang banyak meremehkan dan melupakan urusan shalat. Atau akan ada tauhid zakat, ketika melihat realia umat yang banyak meremehkan dan tidak mau menunaikan zakat. Juga akan ada tauhid puasa, tauhid haji, dan semua jenis ibadah perlu dibuat tauhid tersendiri ketika umat Islam sekarang ini meremehkan jenis ibadah tersebut. Jadilah macam-macam tauhid itu banyak sekali dan tidak ada ujungnya. Padahal, semua jenis ibadah itu sudah termasuk dalam tauhid uluhiyyah. [2]

    Fatwa para ulama tentang tauhid hakimiyyah

    Syaikh โ€˜Abdul โ€˜Aziz bin โ€˜Abdullah bin Baaz ditanya, โ€œSekarang ini ada orang-orang yang mengatakan bahwa sesungguhnya tauhid itu ada empat. Mereka berkata, โ€œTauhid jenis yang ke empat adalah tauhid hakimiyyah.โ€ Apakah ini benar?

    Beliau menjawab,

    โ€œTauhid tidaklah dibagi menjadi empat. Tauhid itu hanyalah dibagi menjadi tiga, sebagaimana perkataan para ulama. Adapun tauhid hakimiyyah itu sudah tercakup dalam tauhid ibadah (tauhid uluhiyyah). Termasuk dalam tauhid ibadah adalah berhukum dengan apa yang Allah Taโ€™ala syariatkan, shalat, puasa, zakat, haji, dan berhukum dengan syariat-Nya. Semua ini termasuk dalam tauhid ibadah.โ€ (30: 328)

    sumber : muslim.or.id

    KD.3.11. Pembaharuan Islam XI pertanyaan & jawaban untuk kuis dan lembar soal

    Find and create gamified quizzes, lessons, presentations, and flashcards for students, employees, and everyone else. Get started for free!

    Religious Studies

    11th

    Religious Studies 11th KD.3.11. Pembaharuan Islam XI

    Suprapti PAI 545 plays

    10 Qs

    10 Qs Introducing new Paper mode

    No student devices needed. Know more

    Show Answers See Preview 1. Multiple-choice 3 minutes 1 pt

    Masa pembaharuan atau disebut juga masa modern dunia Islam adalah masa yang dimulai dari tahun....

    650M- 1000M 1000- 1250 M 1250M โ€“ 1500M 1500M โ€“ 18000 M 1800 M โ€“sekarang 2. Multiple-choice 3 minutes 1 pt

    Pada awal masa pembaharuan , kondisi umat Islam secara politisi berada dibawah penetrasi koloniasme, contohnya adalah....

    Munculnya Revolusi industri di Inggris

    Negara koloniaslisme dan imperalisme memiliki konsep 3 G

    Muncul dan lahirnya masa Renaissance di Barat

    Negara yang mayoritas muslim terbelenggu oleh penjajahan

    Banyaknya bermunculan ilmuwan Barat diberbagai bidang

    3. Multiple-choice 3 minutes 1 pt

    Berikut yang tidak termasuk faktor- faktor kemunduran yang dialami umat Islam diakhir abad pertengahan setelah mencapai zaman keemasan adalah....

    Sudah tidak ada lagi tokoh atau ilmuan yang beragama Islam

    Pengultusan individu terhadap seseorang sehingga dianggap suci

    Ajaran islam tentang ketauhidan telah tercampur dengan kemaksiatan

    Adanya kelompok umat Islam yang hanya mementingkan urusan akhirat

    Munculnya faham fatalisme , yaitu paham yang tidak mewajibkan ikhtiar

    Expore all questions with a free account

    Already have an account?

    Suggestions for you See more SUPER

    31 Qs

    Moses and the Plagues

    1.7K plays

    2nd

    10 Qs

    Parable of The Talents

    1.1K plays

    1st - 4th

    20 Qs

    Friendly

    742 plays

    2nd SUPER

    13 Qs

    ็Žฐๅœจๅ‡ ็‚น๏ผŸ๏ผˆ2๏ผ‰

    110 plays

    2nd

    sumber : quizizz.com

    Apakah Anda ingin melihat jawaban atau lebih?
    Muhammad 18 day ago
    4

    Guys, ada yang tau jawabannya?

    Klik untuk menjawab