sekelompok umat suatu agama merasa ajaran agamanya yang paling benar dan paling baik. mereka hanya mau bergaul dan berkomunikasi dengan anggota umat seagama lainnya sehingga menimbulkan eksklusivitas kelompok beragama. dampak hal tersebut dalam kehidupan bermasyarakat antara lain...
Muhammad
Guys, ada yang tau jawabannya?
dapatkan sekelompok umat suatu agama merasa ajaran agamanya yang paling benar dan paling baik. mereka hanya mau bergaul dan berkomunikasi dengan anggota umat seagama lainnya sehingga menimbulkan eksklusivitas kelompok beragama. dampak hal tersebut dalam kehidupan bermasyarakat antara lain... dari situs web ini.
Sekelompok umat suatu agama merasa ajaran agamanya...
Sekelompok umat suatu agama merasa ajaran agamanya paling benar dan paling baik. Mereka hanya mau bergaul dan berkomunikasi dengan anggota umat seagama lainnya sehingga menumbuhkan eksklusivitas kelom...
Pertanyaan
Sekelompok umat suatu agama merasa ajaran agamanya paling benar dan paling baik. Mereka hanya mau bergaul dan berkomunikasi dengan anggota umat seagama lainnya sehingga menumbuhkan eksklusivitas kelompok beragama. Dampak hal tersebut dalam kehidupan bermasyarakat antara lain ...
meningkatkan toleransi antarumat beragama di Indonesia
meningkatkan keyakinan terhadap ajaran agama yang dianutnya
munculnya intoleransi dan berkembangnya kelompok radikal
adanya diskriminasi terhadap penganut ajaran agama di luar kelompoknya
meningkatkan solidaritas dan hubungan antarumat beragama
N. Puspita Master Teacher
Jawaban terverifikasi
Iklan
Pembahasan
Poin soal adalah dampak eksklusivitas kelompok beragama.
Sekelompok agama merasa ajaran agamanya paling benar dan paling baik sehingga mereka tidak mau berinteraksi dengan anggota umat seagama lainnya lalu memunculkan eksklusivitas kelompok beragama. Eksklusivitas merupakan kecenderungan untuk memisahkan diri dari masyarakat karena berbagai faktor, yang dalam hal ini, adalah merasa kelompok sendiri adalah kelompok yang paling baik. Eksklusivitas kelompok beragama berdampak pada kehidupan masyarakat, yaitu munculnya intoleransi dan berkembangnya kelompok radikal.
Intoleransi terjadi karena kelompok yang merasa kelompoknya paling baik tidak bisa menghormati kelompok lainnya, seperti menganggap rendah atau buruk ajaran kelompok lain. Selain itu, kelompok radikal akan muncul karena secara bertahap karena kelompok yang merasa paling baik memiliki kekuatan akan kebenaran ajarannya sehingga mereka pun menginginkan adanya perubahan pada tatanan masyarakat dalam beragama dengan cara kekerasan. Dengan demikian, dampak eksklusivitas kelompok beragama pada kehidupan masyarakat adalah munculnya intoleransi dan berkembangnya kelompok radikal.Jadi, jawaban yang tepat adalah C.Baca pembahasan lengkapnya dengan daftar atau masuk akun Ruangguru. GRATIS!
Sudah punya akun? Klik disini
LATIHAN BAB
DIMENSI HUBUNGAN ANTARKELOMPOK
POLA HUBUNGAN ANTARKELOMPOK
DINAMIKA KELOMPOK SOSIAL
KONSEP KILAT
Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!
Trial Class Bahasa Inggris Tenses : Past Perfect and Past Perfect Continuous - 10 SMA IPA/IPS bersama Kak Ayuma
Kamis, 9 Mar 2023 09.50-11.15 Akan Datang
Trial Class Matematika Perbandingan : Skala - 7 SMP bersama Kak Dina
Kamis, 9 Mar 2023 09.50-11.15 Akan Datang
Kamis Ekonomis - Kuasai Mindset Entrepreneur!
Kamis, 9 Mar 2023 11.15-12.45 Akan Datang
Trial Class IPA Terpadu Tema 7 : Peristiwa dalam Kehidupan - 5 SD bersama Kak Zelin
Kamis, 9 Mar 2023 11.20-12.45 Akan Datang
Klinik UTBK/SNBT - Sikat Tuntas Soal Implied Information dengan Cepat dan Akurat, Let's Go! bersama Kak Ifany
Kamis, 9 Mar 2023 11.50-13.20 Akan Datang 936 0.0 (0 rating)
Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!
Iklan
Klaim Gold gratis sekarang!
Dengan Gold kamu bisa tanya soal ke Forum sepuasnya, lho.
Pertanyaan serupa
Pengertian dari paham eksklusivisme adalah ....
2rb+ 5.0
Jawaban terverifikasi
Penyebab eksklusivitas kelompok sosial tersebut adalah ....
917 0.0
Jawaban terverifikasi
Iklan
Berikut ini yang merupakan tindakan ekslusivisme adalah...
1rb+ 3.0
Jawaban terverifikasi
Sisi positif dan negatif dari cara pandang sikap eksklusif adalah ….
2rb+ 0.0
Jawaban terverifikasi
Masyarakat Indonesia dewasa ini mengalami berbagai permasalahan sosial yang harus mendapatkan perhatian serius. Salah satu permasalahan sosial tersebut adalah berkembangnya kelompok-kelompok sosial be...
274 3.0
Jawaban terverifikasi
Iklan
sumber : roboguru.ruangguru.com
TOLERANSI DALAM PERSPEKTIF INKLUSIVISME, PLURALISME, DAN MULTIKULTURALISME TERHADAP KAJIAN PENYELESAIAN KONFLIK
TOLERANSI DALAM PERSPEKTIF INKLUSIVISME, PLURALISME, DAN MULTIKULTURALISME TERHADAP KAJIAN PENYELESAIAN KONFLIK
Oleh IRON SARIRA (Maret 2019)
Membedah suatu peristiwa dari perselisihan/konflik maka menjelaskan secara implisit suatu kondisi diperlukan adanya toleransi. Dalam konflik agama toleransi antar umat beragama akan menjadi suatu cara yang pamungkas dalam meredam konflik yang akan muncul. Indonesia adalah negara dengan sikap toleransi antar umat beragamanya sangat dipandang tinggi oleh dunia dan menjadi suatu tolak ukur bahwa dengan tingginya tingkat toleransi antar umat beragama, konflik agama yang menjurus ke berbagai bentuk konflik lainnya dapat terkikis sedikit demi sedikit. Beberapa bentuk toleransi (khususnya dalam toleransi umat beragama dan kelompok adat) yang bergerak terhadap adanya pemikiran-pemikiran untuk membangun toleransi khususnya wawasan terhadap kandungan toleransi berdasarkan perspektif inklusivisme, pluralisme, dan multikulturalisme dapat dijelaskan sebagai berikut:[1]
InklusivismeInklusivisme dalam suatu komunitas merupakan suatu kelompok yang jumlahnya minoritas, karena pada kenyataannya eksklusivisme menjadi lebih besar dan dominan dalam komunitas beragama tersebut. Eksklusivisme adalah suatu paham yang menganggap bahwa hanya pandangan dan kelompoknya yang paling benar. Namun, belajar dari pengalaman-pengalaman praktik keagamaan, eksklusivisme mempunyai dampak yang kurang baik karena tidak terlepas dari pergulatan politik atas paham tersebut.
Paham eksklusivisme dalam sejarahnya telah meninggalkan rekam jejak sejarah yang kelam, yaitu peperangan dan konflik yang dipicu oleh sesuatu (tidak berdiri sendiri). Konflik selalu disokong oleh pandangan keagamaan tertentu, dan konsekuensi yang dihasilkan adalah paham keagamaan tidak bernuansa pencerahan dan pembebasan, melainkan bercorak konflik dan kekerasan. Tidak ada kata lain dalah paham eksklusivisme telah membentuk sebuah paham keagamaan yang tidak mampu mengembangkan budaya dialog dan toleransi. Jangankan untuk konteks antar agama, kontes intra agama sekalipun, eksklusivisme telah menjadi batu sandungan tersendiri. Semua kelompok baik yang fundamentalis maupun liberalis sama-sama terjebak dalam klaim kebenarannya masing-masing, karena paham eksklusivisme telah melahirkan keresahan dan kegelisahan baru dalam konteks membentuk kehidupan beragama yang damai dan toleran.
Paham eksklusivisme dalam penjelasan di atas tentu tidak dapat dijadikan pilihan dalam wujud toleransi guna menghindarkan konflik, diperlukan persepsi sebagai suatu kajian baru yang lebih menjanjikan bagi upaya menciptakan kehidupan yang damai, yakni, inklusivisme yang menjadi alternatif pengganti untuk memecahkan kebuntuan dan kerumitan yang dihadapi eksklusivisme. Inklusivisme merupakan sebuah paham yang menganggap bahwa kebenaran tidak hanya terdapat pada suatu kelompok. Hal ini berangkat dari suatu keyakinan bahwa setiap agama membawa ajaran keselamatan. Semua agama pada substansinya adalah sama, namun memiliki syarat dan ajaran yang berbeda-beda.
Raimundo Pannikar[2]menyampaikan bahwa paham inklusivisme bukanlah suatu paham yang instan, karena paham ini memerlukan rasionalitas dan kelanjutan terhadap doktrin-doktrin keagamaan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa penafsiran dibutuhkan oleh paham inklusivisme ini, tafsir terhadap teks keagamaan tidak hanya dimaksudkan mempunyai relevansi dengan pihak-pihak lain yang berbeda, tetapi juga berfungsi agar pandangannya dapat diterima oleh pihak lainnya. Perbedaan dan keragaman dalam penafsiran pada dasrnya bukan merupakan kontradiksi antara satu dengan lainnya, melainkan sebuah bentuk kesatuan substansial yang tidak terpisahkan. Perbedaan merupakan suatu bentuk keniscayaan, sekalipun demikian perlu ada suatu titik temu yang bisa dipertemukan pada perbedaan tersebut, melalui suatu sikap toleransi yang sama-sama harus meyakini bahwa segala sesuatu senantiasa mempunyai dua unsur, yaitu dimensi universal dan partikular yang sama-sama harus dipahami bahwa terhadap ke dua dimensi tersebut, maka semakin terbuka pula kesempatan kita untuk menjadi inklusif terhadap kelompok (agama dan adat) lainnya. Artinya, inklusivisme disini merupakan keniscayaan sosiologis, yang mana pemahaman terhadap pihak lain tidak hanya mengandalkan aspek-aspek yang ada dalam komunitas masing-masing, melainkan mencoba memahami hal-hal yang terdapat dalam komunitas lainnya.
Inklusivisme merupakan salah satu jalan untuk membangun peradaban toleransi. Aspek yang paling penting dalam toleransi adalah kehendak kuat untuk memahami pihak lain tanpa harus kehilangan jati diri sendiri. Mengenal dan memahami pribadi orang lain akan memudahkan jalan untuk mengenali dan menjalin kerjasama. Manusia akan semakin memperlakukan dan diperlakukan sebagai manusia, sebagaimana slogan “tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak pula toleran.”
Meniti kehidupan dengan paham inklusivisme ini akan mampu mengatasi berbagai perbedaan pemahaman serta tindakan intoleran, dan mampu mengambil langkah-langkah alternatif untuk menyelesaikan konflik secara adil dan beradab. Cak Nur, juga memberikan gambaran yang menarik terkait paham inklusivisme, yaitu suatu sikap yang bertujuan untuk menumbuhkan suatu sikap kejiwaan yang melihat adanya kemungkinan orang lain itu benar. Orang yang sekalipun bersalah harus dibangun suatu pemahaman kejiwaan tentang pra-duga tidak bersalah (presumption of innocence).[3]Manusia diciptakan dalam keadaan fitrah, maka setiap orang pada dasarnya adalah suci dan benar. Potensi untuk benar adalah primer.
Guys, ada yang tau jawabannya?