setiap cgp memberikan pernyataan mengenai keterkaitan keterampilan coaching dengan supervisi akademik
Muhammad
Guys, ada yang tau jawabannya?
dapatkan setiap cgp memberikan pernyataan mengenai keterkaitan keterampilan coaching dengan supervisi akademik dari situs web ini.
GURU BERBAGI
Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999]. Coaching lebih mengarah pada kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. Proses coaching memberikan ruang bagi coach untuk menggali semua potensi […]
Koneksi Antar Materi Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademis.
Disukai 7 Dilihat 6363
Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999]. Coaching lebih mengarah pada kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. Proses coaching memberikan ruang bagi coach untuk menggali semua potensi yang ada pada diri coachee sehingga coachee dapat berkembang dari berpikir pada saat ini ke arah pemikiran masa depan.
Coaching merupakan suatu proses percakapan yang memberdayakan, maka dalam proses coaching seorang coach harus mampu mengajukan pertanyaan – pertanyaan berbobot yang berpeluang pada coachee untuk mengemukakan jawaban-jawaban yang menantang dari dirinya sendiri karena pada dasarnya cochee sendirilah yang lebih tahu masalahnya dari pada coach. Sejalan dengan hal tersebut dalam proses coaching diperlukan ketrampilan bertanya dari coach dalam rangka menggali, dan menuntun coachee untuk menemukan solusi dari masalahnya, melaksanakan dan merasakan dampaknya sendiri.
Dalam konteks pendidikan coaching merupakan suatu proses sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya. Guru selaku seorang coach mampu mengembangkan coachee dengan maksimal. Proses coaching yang berhasil akan menghasilkan kekuatan bagi coach dan coachee untuk mengembangkan diri secara berkesinambungan. Untuk itu diperlukan pemahaman tentang paradigma dalam berpikir coaching. Paradigma berpikir coaching tersebut antara lain;
Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan
Bersikap terbuka dan ingin tahu
Memiliki kesadaran diri yang kuat
Mampu melihat peluang baru dan masa depan
Dalam proses coaching perlu terjalin rasa aman dan nyaman dari kedua belah pihak, coach harus mampu menjalin kemitraan dengan cochee sehingga akan terjadi suatu proses percakapan kreatif yang dapat menggugah pemikiran cochee memaksimalkan semua potensi yang ada dirinya. Coach juga perlu memiliki kompetensi yang mendukung proses coaching, yaitu; kehadiran penuh, mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan berbobot.
Proses coaching akan mengalir dengan lancar dan akan menghasilkan pengembangan yang maksimal apabila dalam percakapannya menggunakan alur TIRTA. Alur TIRTA merupakan akronim dari langkah-langkah percakapan coaching yang terdiri dari Tujuan,Identifikasi, Rencana Aksi dan Tanggung jawab. Proses caoaching dengan menggunakan alur TIRTA dapat memberikan arahan pada coach dalam menfasilitasi murid maupun teman sejawat agar dapat belajar dari situasi yang dihadapi dan membuat keputusan dari permasalahannya dengan bijaksana. Hal ini yang membuat kita memiliki paradigma berpikir, prinsip dan keterampilan coaching. Karena dengan memiliki ketiga hal tersebut maka dapat mengantarkan teman sejawat maupun murid mengembangkan potensinya.
Proses coaching jika dikaitkan dengan konsep pendidikan yang disampaikan Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan bersifat menuntun kodrat anak agar selamat dan bahagia. Maka seorang coach harus mampu menuntun anak mengembangkan semua potensi yang ada di dirinya agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan baik sebagai individu maupun anggota masyarakat, dengan memberi ruang kebebasan pada murid untuk menemukan kekutan yang ada pada dirinya. Sedangkan pendidik memiliki peran sebagai pamong yang mengarahkan dan memberdayakan murid agar tidak salah arah.
Proses coaching pun juga dapat dikaitkan dengan pembelajaran berdeferensiasi, seperti yang kita tahu bahwa pembelajaran berdeferensiasi merupakan pembelajaran yang berdasarkan pada kebutuhan murid baik dalam hal kesiapan belajar, profil belajar murid maupun minat murid. Coaching dapat dijadikan suatu alat dimana dalam proses identifikasi, pendidik dapat melakukan identifikasi kebutuhan belajar murid sebagai bentuk asesmen awal yang akan dijadikan sebagai dasar proses pelaksanaan pembelajaran sehingga akan dapat mengembangkan kekuatan yang ada didalam diri murid. Dengan proses tersebut akan terwujud pembelajar yang merdeka yang dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Pada proses pembelajaran social dan emosional, proses coaching juga memiliki keterkaitan. Proses pembelajaran social emosional merupakan suatu proses pembelajaran yang mampu menciptakan pengalaman belajar bagi murid untuk menumbuhkan dan melatih lima Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE), yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Pembelajaran social emosional sangat mendukung bagi pelaksanaan coaching, sebab dalam pelaksanaan coaching diperlukan pemahaman tentang Kompetensi social emosional. Dengan pembelajaran social emosional, coach dan cochee dapat berinteraksi dengan sepenuhnya hadir dalam proses coaching, dapat mendengarkan dengan RASA, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga dapat menimbulkan empati.
sumber : ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id
Keterkaitan Coaching untuk Supervisi Akademik – SMA Negeri 1 Singgahan
Keterkaitan Coaching untuk Supervisi Akademik
October 12, 2022 SMAN 1 Singgahan
OLEH: MOHDI YULIANTO PRABOWO, S.Pd., Gr.(Pembelajaran Berdiferensiasi, Pembelajaran Sosial Emosional, Peran Pemimpin Pendidikan)
Refleksi Pembelajaran Coaching untuk Supervisi AkademikSeorang guru penggerak harus mampu menjalankan peran sebagaimana yang dipelajari pada Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak. Peran yang dimaksud dalam modul tersebut adalah 1) Menjadi Pemimpin Pembelajaran, 2) Menjadi Coach Bagi Guru Lain, 3) Mendorong kolaborasi, 4) Mewujudkan Kepemimpinan Murid (Student Agency), 5) Menggerakkan Komunitas Praktisi. Lima peran guru penggerak yang sejalan dan selaras dengan modul 2.3 Coaching untuk supervisi akademik adalah peran yang ke-2 yaitu menjadi coach bagi guru lain.
Supervisi akademik di sekolah sering diasumsikan sebagai suatu kegiatan observasi atau penilaian terhadap kinerja guru. Sehingga kata supervisi identik menjadi sebuah kegiatan kekurangan guru dan guru merasa terbebani ketika guru tersebut disupervisi.
Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Sedangkan Whitmore (2003) mendefinisikan coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. Sejalan dengan pendapat para ahli tersebut, International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai “…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.”
Beberapa defisini mengenai coaching di atas dapat saya simpulkan bahwa coaching merupakan sebuah kegiatan mengantarkan dari satu kondisi menuju kondisi lain yang lebih baik (coache adalah orang yang sudah mahir/ahli tetapi dalam kondisi yang kurang baik sebelum melakukan kegiatan coaching), coaching meningkatkan kompetensi personal dan profesional, coaching bukan kegiatan memberi tahu, melainkan kegiatan menanya (asking) untuk membangkitkan motivasi (belum mau menjadi mau, belum sadar menjadi sadar). Seorang coach dalam kegiatan coaching menggali dan memotivasi solusi dari masalah yang dialami coachee. Kegiatan coaching diharapkan coachee menemukan solusi dari masalah yang dialami dengan kembali sadar dan tanpa ajakan maupun paksaan dari seorang coach (mandiri).
Paradigma, Prinsip, Kompetensi Inti CoachingAgar menjadi seorang coach yang baik seorang guru harus menerapkan dan memiliki pemikiran dalam beberapa hal, diantaranya adalah paradigma berfikir coaching dan prinsip coaching.
Paradigma berfikir coaching;Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan,
Bersikap terbuka dan ingin tahu,
Memiliki kesadaran diri yang kuat,
Mampu melihat peluang baru dan masa depan
Prinsip coachingKemitraan Proses kreatif
Memaksimalkan potensi
Selain kedua hal diatas yang perlu dimiliki dan diterapkan, untuk dapat melakukan proses coaching dengan baik seorang guru harus memiliki 3 kompetensi inti coaching yang ada yaitu:
Kehadiran Penuh/PresenceKehadiran penuh/presence adalah kemampuan untuk bisa hadir utuh bagi coachee, atau di dalam coaching disebut sebagai coaching presence sehingga badan, pikiran, hati selaras saat sedang melakukan percakapan coaching. Kehadiran penuh ini adalah bagian dari kesadaran diri yang akan membantu munculnya paradigma berpikir dan kompetensi lain saat kita melakukan percakapan coaching.
Mendengarkan AktifSalah satu keterampilan utama dalam coaching adalah keterampilan mendengarkan dengan aktif atau sering kita sebut dengan menyimak. Seorang coach yang baik akan mendengarkan lebih banyak dan lebih sedikit berbicara. Dalam percakapan coaching, fokus dan pusat komunikasi adalah pada diri coachee, yakni mitra bicara. Dalam hal ini, seorang coach harus dapat mengesampingkan agenda pribadi atau apa yang ada di pikirannya termasuk penilaian terhadap coachee.
Mengajukan Pertanyaan BerbobotDalam melakukan percakapan coaching ketrampilan kunci lainnya adalah mengajukan pertanyaan dengan tujuan tertentu atau pertanyaan berbobot. Pertanyaan yang diajukan seorang coach diharapkan menggugah orang untuk berpikir dan dapat menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan diri dan kompetensi.
Salah satu referensi yang dapat digunakan untuk mengajukan pertanyaan berbobot kepada coachee adalah merupakan hasil dari mendengarkan aktif yaitu R-A-S-A. RASA merupakan akronim dari Receive, Appreciate, Summarize, dan Ask.
Alur Percakapan T-I-R-T-ATIRTA dikembangkan dari satu model umum coaching yang dikenal sangat luas dan telah banyak diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. Pada tahapan 1) Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini, 2) Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee, 3) Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi. Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.
sumber : sman1singgahan.sch.id
Koneksi Antar Materi Modul 2/3 Coaching untuk Supervisi Akademik Halaman 1
Keterampilan Coaching untuk memberdayakan, sehingga hasil coaching yang dilakukan akan memberikan dampak bagi coachee.
RUANG KELAS
Koneksi Antar Materi Modul 2/3 Coaching untuk Supervisi Akademik
26 September 2022 22:43 Diperbarui: 26 September 2022 22:50 6391
+
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS
Peran sebagai seorang coach di sekolah dan keterkaitannya dengan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosionalKi Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan kita telah mengemukakan bahwa pendidikan itu adalah ada proses menuntun yang dilakukan guru untuk mengubah prilaku murid sehingga dapat hidup sesuai kodratnya baik sebagai individu maupun bagian dari masyarakat. Proses menuntun tersebut dapat dilakukan salah satu caranya adalah dengan melakukan proses coaching. Coaching dalam dunia pendidikan sangat sejalan dengan filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara.
Dalam coaching ini ada proses menuntun yang dilakukan guru sebagai coach kepada murid sebagai coachee untuk menenemukan kekuatan kodrat dan potensinya untuk bisa hidup sesuai tuntutan alam dan zaman. Dalam proses coaching guru sebagai pamong mengajukan pertanyaan efektif dan reflektif untuk menggali segala potensi yang dimiliki murid dengan tidak memberikan solusi akan tetapi mengarahkan mencari solusi.
Coach mempunyai peran yang sangat penting pula dalam sistem among yang digaungkan Ki Hajar Dewantara. Pendidik sebagai penuntun bagi anak didiknya haruslah mampu melakukan pendekatan melalui proses komunikasi. Komunukasi yang dapat membangun kanyaman dan kesetaraan sehingga tercipta rasa empati, saling menghormati dan saling menghargai antara guru dan murid. proses komunikasi yang dijalankan melallui serangkaian proses untuk menemukenali segala apa yang dimilki murid sebagai bentuk kekuatan untuk menyelesaikan sagala apa yang dihadapinya.
Proses tersebut tercipta dalam coaching. Selain itu ada juga pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan konsep Tut Wuri Handayani di mana murid adalah mitra belajar. Guru bukan lagi sumber pengetahuan satu-satunya akan tetapi ada murid sebagai mitra dalam mencari kesepahaman dalam belajar. Guru bersama murid belajar bersama mengenali kekuatan yang dimilikinya untuk melejitkan kemampuan yang dimiliki murid. bukan lagi waktunya guru cemerlang sendiri akan tetapi bagaimanan murid pun menjadi bersinar. Guru membantu murid menemukan kekuatan untuk bisa hidup sebagai manusia seutuhnya.
Guru sebagai coach merefleksikan kebebasan murid untuk menemukan berbagai kekuataan yang dimiliki mereka dengan penuh kasih sayang dan persaudaraan. Guru sebagai coach menghindari keinginan untuk memaksakan kehendak dan mengharapkan pamrih, mensucikan diri tanpa ikatan menjadikan murid insan paripurna. Guru sebagai coach menciptakan suasana nyaman dan rasa percaya untuk memberikan kebebasan dan kemerdekaan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk menjadi murid kuat secara kodrati.
Salah satu bentuk untuk melejitkan potensi murid adalah dengan mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi, pembelejaran yang selalu memperhatikan kebutuhan belajar peserta didik berdasarkan minat, profil dan kesiapan belajar. Guru sebagai coach dibutuhkan untuk menggali kebutuhan murid sehingga guru dapat mendisain proses pembelajaran yang mampu memaksimalkan segala potensi yang dimiliki murid.
Selain itu, secara social emosional segala potensi murid dapat berkembang secara maksimal. Proses coaching dapat berjalan degan mengoptimalkan ranah social emosional sehingga setiap murid mampu menyelesaikan setiap masalah dengan potensi dan kemampuannnya sendiri. Segala potensi akan tergali dengan proses coaching yang dilakukan guru. Murid akan menemukan kedewasaan dalam menghadapi setiap kemelut dalam hidupnya dan mereka akan menemukan jati diri dengan proses coaching yang dilakukan guru. Pada akhirnya mereka akan mampu hidup bebas dan merdeka menentukan jalan hidupnya sesuai kekuatan dan potensinya masing-masing.
Warga Yang Sakit Lutut dan Pinggul Wajib Membaca Ini!
Recommended by
Keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajarKeterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi diri sebagai seorang pemimpin pembelajar adalah sangat berkaitan atau berhubungan erat. Dalam keterampilan coaching yang diawali dengan paradigma berpikir coaching, prinsip-prinsip dalam melakukan coaching, dan pelaksanaan coaching yang mengunakan alur TIRTA semua bertujuan untuk memberdayakan. Hal ini sesuai dengan konsep coaching yakni sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatanatas performa kerja, hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999).
Sebagai seorang pemimpin pembelajar untuk mengembangkan kompetensi dirinya maka keterampilan coaching sangat perlu untuk dimiliki dan diterapkan. Keterampilan coaching yang diawali dengan paradigm berpikir coaching diantaranya paradigm tersebut adalah :
HALAMAN : 1 2 3
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Guys, ada yang tau jawabannya?